detikcom mendatangi Kampung Ciusul, Desa Citorek Kidul, Lebak, Banten pada Rabu (25/9/2019) dinihari. Panorama lautan awan di atas Kampung Cisaul di Gunung Luhur, memang pantas disebut sebagai Negeri di Atas Awan.
BACA JUGA: Kumpulan Negeri di Atas Awan Kebanggaan Indonesia
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena Negeri di Atas Awan Gunung Luhur (Afif Farhan/detikcom) |
"Kata orang-orang yang fenomena Negeri di Atas Awan, itu bukanlah hal baru di sini. Pemandangan seperti itu sudah ada sejak zaman orang-orang tua kami, sejak zaman dulu," kata Jaro Atok.
Jaro Atok menambahkan, fenomena Negeri di Atas Awan disebut orang-orang tua mereka sebagai pelindung dari penjajah Belanda dan Jepang.
Maksudnya?
"Karena ketika Belanda datang ke sini, mereka tidak melihat apa-apa hanya lautan awan dan pegunungan. Sehingga mereka pikir tidak ada penduduknya, padahal di balik awan itu ada desa kami," terang Jaro Atok.
Kampung Ciusul saat lautan awannya menghilang di siang hari (Afif Farhan/detikcom) |
BACA JUGA: Mau ke Negeri di Atas Awan Gunung Luhur? Simak Saran Warga
Jaro Atok menjelaskan, tidak ada peninggalan kolonial Belanda atau cerita-cerita melawan penjajah di desanya. Lautan awan itu melindunginya.
"Ya sekarang, kini lautan awan itu yang orang sini sebut sebagai 'asap', menjadi tempat wisata dan sumber perekonomian warga Desa Citorek Kidul. Alhamdulillah, harus kita jaga juga keberishannya dan keramahtamahannya," tutup Jaro Atok.
Wisatawan yang memadati Gunung Luhur (Afif Farhan/detikcom) |
(aff/aff)












































Fenomena Negeri di Atas Awan Gunung Luhur (Afif Farhan/detikcom)
Kampung Ciusul saat lautan awannya menghilang di siang hari (Afif Farhan/detikcom)
Wisatawan yang memadati Gunung Luhur (Afif Farhan/detikcom)
Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi