Salah satu tugas dua figur sentral di Kemenparekraf itu, kata pegiat pariwisata Taufan Rahmadi, adalah melindungi destinasi dan masyarakat sekitar destinasi wisata. Dalam hal ini, dari turis asing yang berbuat onar.
Hal ini tidak lepas dari sejumlah kasus terkait. Sebut saja di Bali, mulai dari wisatawan yang mabuk-mabukan hingga lepas kontrol dan mengganggu lingkungan sekitar, bahkan sampai melecehkan tempat suci.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Siap Benahi Turis Nakal di Bali, Wishnutama? |
Perlu ada langkah tertentu yang menimbulkan efek jera dalam usaha pencegahan dan antisipasi. Salah satunya, sebagaimana disarankan Taufan, adalah sosialisasi hukum adat dan hukum di Indonesia agar turis asing tak sembarangan bertingkah saat liburan. Bahkan pada titik tertentu bisa saja perlu ada sanksi sosial tambahan buat para wisatawan nakal tersebut.
"Hukum adat dan hukum Indonesia itu harus diberlakukan," kata Taufan dalam percakapan dengan detikcom.
Baca juga: Kelakar Wishnutama karena Dapat Wamen Cantik |
"Contohnya wisatawan nakal yang mencuri di Gili Trawangan, ditangkap, dan diajak jalan keliling menggunakan tulisan 'i'm a thief' yang digantungkan di leher. Itu wujud hukuman, sanksi sosial," tuturnya.
Menurutnya, selama ini masih banyak wisatawan yang bertindak negatif karena kurangnya sosialisasi terutama nilai-nilai lokal dari sebuah destinasi. Ia menegaskan, sosialisasi ini penting dilakukan Kemenparekraf beserta jajarannya agar wisatawan bisa menyesuaikan budaya di tempat yang mereka kunjungi.
"Wisatawan datang ke Indonesia ini harus belajar budaya kita, bukan kita yang terpengaruh budaya mereka," ujar Taufan.
(krs/krs)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan