Hal itu ditegaskan oleh Plt Kadis Pariwisata Putu Astawa, Senin (11/11/2019), menanggapi bergulirnya wacana seputar wisata halal atau ramah muslim di Bali. Walaupun isu itu sendiri masih simpang siur, tapi beragam respons kadung sudah bermunculan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga brandingnya pariwisata budaya Bali nggak perlu diubah-ubah jadi wisata halal, nggak perlulah. Tetep branding wisata budaya tapi di dalamnya ada halal, oke," ucapnya.
"Bahwa wisatawan yang datang ke Bali kita menyediakan fasilitas makanan halal. Untuk sembahyang (disediakan) arah kiblat di hotel, makanan dari restoran Padang banyak. Bahkan makanan-makanan dari turki kebab itu banyak, menurut saya nggak terlalu sulit wisatawan muslim untuk mengakses itu," tuturnya.
Sehubungan dengan itu, Putu Astawa pun menegaskan bahwa penduduk Bali senantiasa menerima wisatawan dari mana saja dengan tangan terbuka dan menekankan keramahtamahan. Itu ia katakan saat ditanya apakah pariwisata Bali sudah ramah muslim.
Baca juga: Mungkin, Ini Masjid Tertua di Bali |
"Orang Bali itu terkenal dengan keramahtamahannya. Termasuk di dalamnya seperti itu, jadi kita sangat ramah dengan siapapun. Apalagi kita Pancasila (ada) berbagai macam agama, kita ramahlah. Jadi kalau untuk salat, makanan, saya kira nggak terlalu susah di Bali. Cuma kalau branding kita tetap mengusung pariwisata budaya," ucapnya menuturkan.
"Kalau nanti ada budaya Bali penari seperti itu pakaiannya diganti kan nggak, karena kita mengusung adat budaya kita. Kemudian kalau kita melarang orang menjual daging babi kan nggak mungkin. Tetap kita berdampingan bersama-sama, itu yang kita usung untuk pariwisata kita," tegasnya.
(ams/krs)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia