'Wisata Bali Sudah Ramah Muslim, Tak Sulit Cari yang Halal'

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

'Wisata Bali Sudah Ramah Muslim, Tak Sulit Cari yang Halal'

Aditya Mardiastuti - detikTravel
Senin, 11 Nov 2019 18:45 WIB
Pemandangan pantai Sanur di Bali. (Foto: andi/detikcom)
Denpasar - Masih soal bergulirnya isu wisata halal atau ramah muslim di Bali, pariwisata Tanah Dewata saat ini ditegaskan juga sudah menyertakan unsur halal sekaligus ramah wisatawan muslim.

Hal itu ditegaskan oleh Plt Kadis Pariwisata Putu Astawa, Senin (11/11/2019), menanggapi bergulirnya wacana seputar wisata halal atau ramah muslim di Bali. Walaupun isu itu sendiri masih simpang siur, tapi beragam respons kadung sudah bermunculan.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, Bali pada dasarnya mengusung pariwisata budaya dengan daya tarik seperti adat istiadat dan beragam kesenian. Penduduk Bali sendiri mayoritas beragama Hindu, tapi tetap sepenuhnya mengakomodir agama lain termasuk Islam.

"Sehingga brandingnya pariwisata budaya Bali nggak perlu diubah-ubah jadi wisata halal, nggak perlulah. Tetep branding wisata budaya tapi di dalamnya ada halal, oke," ucapnya.

"Bahwa wisatawan yang datang ke Bali kita menyediakan fasilitas makanan halal. Untuk sembahyang (disediakan) arah kiblat di hotel, makanan dari restoran Padang banyak. Bahkan makanan-makanan dari turki kebab itu banyak, menurut saya nggak terlalu sulit wisatawan muslim untuk mengakses itu," tuturnya.

Sehubungan dengan itu, Putu Astawa pun menegaskan bahwa penduduk Bali senantiasa menerima wisatawan dari mana saja dengan tangan terbuka dan menekankan keramahtamahan. Itu ia katakan saat ditanya apakah pariwisata Bali sudah ramah muslim.




"Orang Bali itu terkenal dengan keramahtamahannya. Termasuk di dalamnya seperti itu, jadi kita sangat ramah dengan siapapun. Apalagi kita Pancasila (ada) berbagai macam agama, kita ramahlah. Jadi kalau untuk salat, makanan, saya kira nggak terlalu susah di Bali. Cuma kalau branding kita tetap mengusung pariwisata budaya," ucapnya menuturkan.

"Kalau nanti ada budaya Bali penari seperti itu pakaiannya diganti kan nggak, karena kita mengusung adat budaya kita. Kemudian kalau kita melarang orang menjual daging babi kan nggak mungkin. Tetap kita berdampingan bersama-sama, itu yang kita usung untuk pariwisata kita," tegasnya.





(ams/krs)

Hide Ads