Festival budaya lokal ini sekaligus merayakan ulang tahun komunitas pencinta bahasa Jawa Serang (Jaseng) ke-9. Acara yang digelar pada akhir pekan, Minggu (17/11/2019) kemarin, dihadiri oleh warga yang menggunakan bahasa Jaseng. Festival dibuka langsung oleh Wakil Wali Kota Serang Subadri Ushuludin.
Penanggung jawab acara, Mang Ovie Rambo Banten, mengatakan bahwa acara ini sebagai bentuk pelestarian budaya dan bahasa Jaseng. Pengguna Jaseng berkumpul bersama keluarga masing-masing untuk mengenalkan berbagai penganan lokal dan mengenalkan bahasa daerah termasuk pada anak-anak dan pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penganan itu dapat dinikmati pula dalam festival ini. Ada panganan khas seperi Santri Mutil, Rangda Kewudan, Ongol-ongol, Sayur Blohok, Ketan Bintul, Sate Bandeng, sampai Rabeg.
![]() |
Terkait penganan dengan nama unik, salah satunya yang mencuri perhatian adalah Kontol Sapi. Penganan ini tak benar-benar berasal dari "anu"-nya sapi tapi terbuat dari beras ketan yang dibumbui oleh gula.
"Nama penganan ini bukan jorok, memang itu namanya di sini," kata Mang Ovie menjelaskan.
![]() |
Para pengunjung juga bisa menikmati setiap kuliner yang disediakan komunitas. Terakhir, pengunjung bisa menikmati makanan Rabeg bersama-sama dan menikmati pertunjukan seni teater tradisional Ubrug.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Subadri mengatakan pelestarian bahasa Jaseng jadi tanggung jawab bersama warga Serang. Generasi anak-anak muda perlu dikenalkan pada bahasa daerah yang semakin lama berkurang penuturnya.
"Bahwa kewajiban semua untuk melestarikan bahasa Jawa Serang," katanya.
![]() |
Sebagai bentuk pelestarian, Pemkot akan menggunakan bahasa lokal ini untuk diuturkan di call center milik Dinas Kominfo, penamaan taman-taman kota juga akan menggunakan bahasa daerah.
"Nanti ada taman cecantelan (persaudaraan), itu cara koa melestarikan bahasa Jaseng," ujarnya.
(bri/krs)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Pembangunan Masif Vila di Pulau Padar, Pengamat: Menpar Kok Diam?