5 Fakta Kerajaan Aceh: Sejarah, Raja, dan Kejayaannya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

5 Fakta Kerajaan Aceh: Sejarah, Raja, dan Kejayaannya

Tasya Awlia - detikTravel
Selasa, 19 Nov 2019 17:45 WIB
Benteng Sultan Iskandar Muda di Kerajaan Aceh/Foto: (Muchamad Irfan/d'Traveler)
Jakarta -

Kerajaan Aceh merupakan sejarah Kerajaan Islam di Indonesia yang berdiri di provinsi Aceh. Kerajaan Aceh disebut juga Kesultanan Aceh.

Kesultanan Aceh didirikan oleh Ali Mughayat pada 1496 M. Pada awalnya Kesultanan Aceh sudah ada lebih awal dari Samudera Pasai. Setelah mengambil alih Samudera Pasai pada 1524 M, Kesultanan Aceh menjadi penguasa baru di wilayah Aceh.

Berikut ini 5 Fakta Kerajaan Aceh yang telah dirangkum detikTravel:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




1. Sejarah Kerajaan Aceh

Awal mula berdirinya Kerajaan Aceh yaitu pada 1496 yang berdiri di wilayah Kerajaan Lamuri yang lebih dulu ada. Kemudian Kerajaan Aceh melakukan perluasan wilayah dengan menundukan beberapa wilayah di sekitar kerajaan, seperti wilayah Kerajaan Dayak, Kerajaan Pedir, Kerajaan Lidie, dan Kerajaan Nakur.

Pada Kerajaan Aceh, pemimpin tertinggi berada pada penguasaan Sultan. Namun pada saat itu Kerajaan Aceh banyak dikendalikan oleh orang kaya. Dalam cerita Aceh, disebutkan ada Sultan yang diturunkan dari jabatannya yang bernama Sultan Sri Alam pada 1579 karena perilakunya yang membagikan harta kerajaan pada pengikutnya. Lalu digantikan oleh Sultan Zainal Abidin, namun Sultan Zainal terbunuh setelah beberapa bulan dinobatkan. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang kejam dan memiliki kecanduan dalam hal berburu.

Setelah peristiwa terbunuhnya Sultan Zainal, digantikan oleh Alaiddin Riayat. Namun pada kepemimpinanya ia melakukan penumpasan terhadap orang kaya yang berlawanan pada sistem kepemimpinannya.

Masa kejayaan Kesultanan Aceh terjadi pada kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada 1607-1636. Aceh berhasil menaklukan Wilayah Pahang, karena wilayah tersebut merupakan sumber utama timah. Selanjutnya pada 1629, Kesultanan Aceh melakukan perlawanan, dengan menyerang Portugis di wilayah Malaka. Upaya ini dilakukan untuk melakukan perluasan dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu, namun ekspedisi ini gagal.

2. Kondisi Perekonomian

Kerajaan Aceh terletak di jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan Selat Malaka. Kerajaan Aceh fokus pada laju perkembangan ekonomi pada bidang perdagangan. Pada saat pemerintahan Sultan Alaudin Riayat, Aceh mengalami perkembangan menjadi Bandar utama di Asia bagi para pedagang mancanegara seperti, Belanda, Inggris, Arab, Persia dan Turki.

Dagangan utama yang diperdagangkan dari Aceh yaitu lada, beras, barang tambang seperti, timah, perak, emas, lalu ada rempah-rempah yang berasal dari Maluku. Serta di wilayah Aceh terdapat pedagang mancanegara yang menawarkan barang dagangan, dalam hal ini bisa disebut terjadi proses impor. Misalnya produk porselin dan sutera yang dibawa dari Jepang dan China.

3. Kondisi Kehidupan Politik

Akibat jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, banyak pedagang muslim yang kemudian mengalihkan kegiatan perdagangan ke Pelabuhan Aceh. Karena itu Aceh menjadi kerajaan besar yang ditunjang oleh kemampuan militer dan ekonomi yang kuat.

Kondisi politik pemerintahan Kesultanan Aceh sering dilanda konflik di antara penguasa kesultanan itu sendiri. Sultan Alauddin memerintah Aceh selama 15 tahun. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai puncak kejayaan. Keberhasilan dalam pemerintah didukung oleh kekuatan militer, terutama angkatan laut. Kerajaan Aceh memiliki armada kapal besar yang dapat mengangkut 600-700 prajurit.




4. Kondisi Sosial

Meskipun Kesultanan Aceh merupakan kerajaan Islam, namun masyarakatnya tetap dikuasi oleh kaum bangsawan. Dalam tatanan masyarakat, Aceh memiliki golongan bangsawan yang memiliki gelar teuku dan golongan ulama yang bergelar teungku. Kedua golongan ini sering bersaing berebut pengaruh dalam masyarakat.

Adapun tokoh dalam aliran ini adalah Hamzah Fansuri dan dilanjutkan oleh Syamsuddin Passai. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran ahlusunnah waljama'ah menjadi berkembang pesat, tokoh aliran ini adalah Nurruddin Ar Raniri, yang berhasil menuliskan sejarah Aceh dengan judul 'Bustanusalatin'. Dalam bidang budaya ada bangunan masjid peninggalan Sultan Iskandar Muda.

5. Silsilah Kerajaan Aceh

-Sultan Ali Mughayat Syah adalah raja pertama dalam sejarah Kerajaan Aceh yang memerintah pada 1514 hingga 1538 M.

-Sultan Salahudin menggantikan Sultan Ali, masa pemerintahannya pada 1530 hingga 1537.

-Sultan Alaudin Syah menjadi pemimpin Aceh pada 1537 hingga 1568 M.

-Sultan Iskandar Muda mulai naik tahta pada awal abad ke-17.

-Sultah Iskandar Thani, setelah masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda berakhir. Penguasaan Kerajaan Aceh digantikan oleh Sultan Iskandar Thani.

Sultan Aceh merupakan penguasa atau raja dari Kesultanan Aceh, dan perangkat pemerintah Sultan terkadang mengalami perbedaan tiap massanya.

Itulah fakta mengenai Kerajaan Aceh , Kerajaan Aceh yang berkuasa kurang lebih selama 4 abad. Pada abad ke-20 mengalami kemunduran karena wilayahnya dikuasai oleh Belanda.




(nwy/nwy)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Sejarah Kerajaan-kerajaan Indonesia
Sejarah Kerajaan-kerajaan Indonesia
38 Konten
Sebelum menjadi NKRI, Indonesia memiliki banyak sekali kerajaan. Bagaimana sejarah masing-masing?
Artikel Selanjutnya
Hide Ads