Senin, 06 Jan 2020 17:10 WIB
TRAVEL NEWS
Cuaca Ekstrem Awal Tahun, Pantai-pantai di Bali Aman?
Bonauli
detikTravel

Jakarta - Cuaca ekstrem di beberapa tempat juga dirasakan oleh wilayah pesisir Bali. Beberapa pantainya akan sedikit sulit untuk dinimati karena bergelombang besar.
Bali selalu menjadi destinasi liburan favorit. Namun awal tahun ini cuaca ekstrem memberikan sedikit dampaknya bagi area pesisir Indonesia, termasuk Bali.
"Akhir Desember 2019 hingga awal Januari 2020 terjadi dinamika arus pusaran atau Arus Eddy yang cukup menarik di Selatan Bali. Arus siklonik Eddy di selatan Selat Bali bergeser ke barat, sehingga posisinya menjadi di selatan Banyuwangi," ungkap Dr Ing Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP, Senin (6/1/2020).
Sedangkan di selatan Selat Bali muncul arus anti-siklonik Eddy yang sifatnya menenggelamkan massa air di lapisan permukaan menuju ke bawah lapisan permukaan hingga kedalaman tertentu.
Arus ini lebih dikenal sebagai downwelling. Sederhananya, arus ini akan menarik benda dari permukaan ke bawah air. Arus anti-siklonik Eddy ini tampak berpusar memasuki Selat Bali, menyisir sisi barat Bali yang ada di Pantai Kuta.
"Arus ini patut diwaspadai ketika berasosiasi dengan gelombang signifikan. Seperti yang diketahui bersama, beberapa spot di Pantai Kuta juga ada yang digunakan untuk surfing dan berenang. Wisatawan wajib membaca tanda-tanda atau papan peringatan dari Baywatch di manakah lokasi yang aman untuk berenang, dan kapankah waktu yang aman untuk surfing," lanjut Widodo.
Kewaspadaan perlu ditingkatkan demi menjaga keselamatan wisatawan. Dalam skenario terburuk, apabila ada wisatawan yang hanyut dari Kawasan Pantai Kuta, bisa jadi akan terbawa ke Selat Bali dan ditenggelamkan oleh arus antisiklonik Eddy, dan mungkin terbawa ke Samudera Hindia.
Tak hanya Pantai Kuta, wisatawan yang berkunjung ke Pantai Sidayu Gianyar, Devil's Tear di Pulau Nusa Lembongan, dan juga Pantai Diamond di Pulau Nusa Penida, perlu hati-hati.
"Ekstensi arus kuat yang menuju ke selatan, dari arah Selat Lombok bagian utara, berpisah ketika mendekati Pulau Nusa Penida. Sebagian besar arus mengalir ke sisi timur Pulau Nusa Penida, yang merupakan kesatuan dari Selat Lombok bagian Selatan," jelas Widodo.
Sebagian kecil arus mengalir ke sisi barat Pulau Nusa Penida, atau lebih dikenal sebagai Selat Badung. Arus ini akan melewati Pantai Sidayu Gianyar dan juga Kawasan Devil's tear.
"Arus yang keluar dari kedua selat tersebut arahnya menuju ke selatan yakni ke Samudera Hindia. Sehingga bagi wisatawan yang berkunjung untuk berenang, atau memancing di lokasi-lokasi wisata tersebut harus tetap berhati-hati," tambah Widodo.
Ketika berada di pantai-pantai tebing, usahakan untuk tidak terlalu dekat dengan bibir tebing. Sehingga wisatawan tidak terhantam oleh gelombang pecah atau ombak. Apabila jatuh ke laut setelah terhantam ombak, maka kemungkinan hanyut dan terbawa ke arah Samudera Hindia juga tinggi.
"Apabila dengan kecepatannya arus sekitar 0,5 meter per detik saja, segala material yang berat jenisnya sangat ringan dapat dengan mudah terangkut oleh arus tersebut berpindah posisi ke selatan sejauh 300 meter dalam waktu 10 menit dari posisi sebelumnya, dan dalam waktu sekitar 18 hingga 20 menit posisinya sudah berada di Samudera lepas yakni Samudera Hindia," papar Widodo.
Kondisi sirkulasi ini mungkin akan semakin menguat dan berlangsung hingga akhir Februari 2020. Wisatawan diharapkan untuk berhati-hati jika sedang bermain di kawasan pantai-pantai tersebut ya.
Simak Video "Kondisi Pantai Kuta Abrasi hingga 30 Meter!"
[Gambas:Video 20detik]
(bnl/bnl)
Bali selalu menjadi destinasi liburan favorit. Namun awal tahun ini cuaca ekstrem memberikan sedikit dampaknya bagi area pesisir Indonesia, termasuk Bali.
"Akhir Desember 2019 hingga awal Januari 2020 terjadi dinamika arus pusaran atau Arus Eddy yang cukup menarik di Selatan Bali. Arus siklonik Eddy di selatan Selat Bali bergeser ke barat, sehingga posisinya menjadi di selatan Banyuwangi," ungkap Dr Ing Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP, Senin (6/1/2020).
Sedangkan di selatan Selat Bali muncul arus anti-siklonik Eddy yang sifatnya menenggelamkan massa air di lapisan permukaan menuju ke bawah lapisan permukaan hingga kedalaman tertentu.
Arus ini lebih dikenal sebagai downwelling. Sederhananya, arus ini akan menarik benda dari permukaan ke bawah air. Arus anti-siklonik Eddy ini tampak berpusar memasuki Selat Bali, menyisir sisi barat Bali yang ada di Pantai Kuta.
"Arus ini patut diwaspadai ketika berasosiasi dengan gelombang signifikan. Seperti yang diketahui bersama, beberapa spot di Pantai Kuta juga ada yang digunakan untuk surfing dan berenang. Wisatawan wajib membaca tanda-tanda atau papan peringatan dari Baywatch di manakah lokasi yang aman untuk berenang, dan kapankah waktu yang aman untuk surfing," lanjut Widodo.
Kewaspadaan perlu ditingkatkan demi menjaga keselamatan wisatawan. Dalam skenario terburuk, apabila ada wisatawan yang hanyut dari Kawasan Pantai Kuta, bisa jadi akan terbawa ke Selat Bali dan ditenggelamkan oleh arus antisiklonik Eddy, dan mungkin terbawa ke Samudera Hindia.
Tak hanya Pantai Kuta, wisatawan yang berkunjung ke Pantai Sidayu Gianyar, Devil's Tear di Pulau Nusa Lembongan, dan juga Pantai Diamond di Pulau Nusa Penida, perlu hati-hati.
"Ekstensi arus kuat yang menuju ke selatan, dari arah Selat Lombok bagian utara, berpisah ketika mendekati Pulau Nusa Penida. Sebagian besar arus mengalir ke sisi timur Pulau Nusa Penida, yang merupakan kesatuan dari Selat Lombok bagian Selatan," jelas Widodo.
Sebagian kecil arus mengalir ke sisi barat Pulau Nusa Penida, atau lebih dikenal sebagai Selat Badung. Arus ini akan melewati Pantai Sidayu Gianyar dan juga Kawasan Devil's tear.
"Arus yang keluar dari kedua selat tersebut arahnya menuju ke selatan yakni ke Samudera Hindia. Sehingga bagi wisatawan yang berkunjung untuk berenang, atau memancing di lokasi-lokasi wisata tersebut harus tetap berhati-hati," tambah Widodo.
![]() |
Ketika berada di pantai-pantai tebing, usahakan untuk tidak terlalu dekat dengan bibir tebing. Sehingga wisatawan tidak terhantam oleh gelombang pecah atau ombak. Apabila jatuh ke laut setelah terhantam ombak, maka kemungkinan hanyut dan terbawa ke arah Samudera Hindia juga tinggi.
"Apabila dengan kecepatannya arus sekitar 0,5 meter per detik saja, segala material yang berat jenisnya sangat ringan dapat dengan mudah terangkut oleh arus tersebut berpindah posisi ke selatan sejauh 300 meter dalam waktu 10 menit dari posisi sebelumnya, dan dalam waktu sekitar 18 hingga 20 menit posisinya sudah berada di Samudera lepas yakni Samudera Hindia," papar Widodo.
Kondisi sirkulasi ini mungkin akan semakin menguat dan berlangsung hingga akhir Februari 2020. Wisatawan diharapkan untuk berhati-hati jika sedang bermain di kawasan pantai-pantai tersebut ya.
Simak Video "Kondisi Pantai Kuta Abrasi hingga 30 Meter!"
[Gambas:Video 20detik]
(bnl/bnl)