Filipina sedang dilanda bencana. Gunung Berapi Taal di sisi Selatan Filipina ini mengalami erupsi. Phivolcs, Pihak BMKG Filipina, meningkatkan status siapa Gunung Berapi Taal dari tingkat 4 menjadi tingkat 5.
Gunung vulkanik ini masih aktif dari dulu hingga sekarang. Namun letusan terakhir terjadi pada tahun 1977. Kini, gunung tersebut kembali meletus dan membuat langit Filipina kelam. Semburan abu dan kilat terlihat menyalak saat meletus. Kilat yang dihasilkan gunung ini pun mencuri perhatian. Apakah wajar terjadinya petir di dalam letusan gunung api?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begini, petir terjadi karena adanya ionisasi atau pemisahan atom menjadi ion-ion yang bermuatan positif dan negatif. Karena adanya perbedaan ionisasi antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya yang bergerak terus menerus.
Ketika bergerak, muatan ion positif dan negatif akan berinteraksi. Ion positif dan negatif akan berkumpul membuat kubu yang berseberangan. Sehingga terjadi pembuangan muatan dan terjadilah ledakan suara atau petir.
Yang membuat beda petir vulkanik adalah media awannya. Kalau petir biasa berasal dari awan cumulunimbus, petir vulkanik dari kepulan air, abu, debu dan partikel vulkanik lainnya yang menyembur secara massif.
Ada beberapa teori yang memungkinkan terjadinya petir vulkanik. Yang pertama adalah sebagian besar atom-atom yang awalnya netral bertemu dengan banyak energi bebas yang disertai suhu sekitar 1.500 kelvin atau 14.726 derajat celcius!
Dengan adanya energi besar ini, elektron lemah akan terikat dengan elektron kuat. Peristiwa ini akan menciptakan sejumlah ion positif dan negatif. Sehingga akan ada cukup ion positif dan negatif yang membuat kubu. Pada saat dua kubu ini berjarak, muncullah beda potensial listrik yang menyebabkan sambaran petir.
Pada teori yang kedua, ketika gunung berapi meletus akan ada partikel abu panas, uap dan gas yang ikut keluar. Partikel ini mulanya netral, kemudian bertabrakan satu sama lain dan mentransfer muatan satu sama lain.
Muatan kemudian berubah menjadi positif dan negatif. Tabrakan ini akan mengakibatkan ionisasi atau pemisahan muatan dengan proses yang disebut Aerodynamic Sorting. Setelah tahap ini, mekanisme pemisahan muatan positif dan negatif antara awan vulkanik dengan petir biasa tidak jauh berbeda.
Teori lain berpendapat bahwa partikel yang lebih besar mungkin memiliki muatan positif dan partikel yang kecil memiliki muatan negatif. Partikel yang lebih besar akan jatuh lebih cepat dan membuat jarak yang menghasilkan petir.
"Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas erupsi gunung berapi bukan pemicu secara langsung terjadinya petir. Jadi meskipun terjadi erupsi utama, tidak berarti kejadian petir memiliki kuantitas yang paling besar," cuit BMKG di akhir utas.
(bnl/krs)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol