Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau gagal menyelamatkan bayi macan tutul hasil penyelundupan. Bayi macan tutul itu mati karena tak mendapatkan perawatan memadai.
Bayi macan tutul itu mati di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kabupaten Kampar akhir pekan lalu. Kondisi bayi macan tutul itu menurun sejak 31 Janauri.
Bayi macan tutul itu merupakan hasil rampasan Ditreskrimsus Polda Riau dari tangan sindikat perdagangan satwa dilindungi di Pekanbaru pada 14 Desember 2019. Selain, leopard, polisi juga menyelamatkan empat ekor bayi singa Afrika berusia 4-6 bulan dan 58 kura-kura Indian Star.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seluruh satwa endemik Afrika tersebut kemudian dititipkan di Kebun Binatang Kasang Kulim. Bayi macan tutul ditempatkan di kandang terpisah dan diberi minum susu menggunakan botol.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Riau, Kombes Pol Andri Sudarmadi, mengatakan mendapat informasi matinya leopard tersebut pada Minggu (1/2).
"Kami sudah memintai keterangan dua saksi terdiri dari seorang dokter hewan dan pengelola kebun binatang Kasang Kulim," kata Andri, Selasa (4/2/2020).
Andri mengatakan akan memanggil beberapa orang lainnya untuk dimintai keterangan. Ia memastikan hilangnya barang bukti akibat kematian macan tutul tersebut tidak mengganggu proses penyidikan.
"Itu tak halangi proses penyidikan dan pengadilan. Di balik itu semua, kita semua prihatin. Kita berharap ini tidak terjadi, tidak terulang," katanya.
Sementara itu, hasil nekropsi atau bedah bangkai terhadap bayi macan tutul menunjukkan satwa tersebut mati akibat sakit. Dokter Hewan BBKSDA Riau, Rini Deswita, menjelaskan hasil nekropsi menunjukkan indikasi macan tutul tersebut mati akibat penyakit panleukopenia yang disebabkan oleh virus parpovirus.
Dia mengatakan tim medis BBKSDA Riau sudah melakukan sejumlah tindakan untuk menyelamatkan bayi leopard tersebut. Ia mengatakan ketika leopard mulai mengalami muntah dan hilang nafsu makan, tim medis langsung memberikan infus pada tanggal 30 Januari. Tujuannya untuk menghindari dehidrasi dan mengganti asupan makanan yang kurang ke tubuh leopard.
Namun, ia mengatakan pada tanggal 31 Januari kondisi leopard makin menurun ditandai dengan hilangnya nafsu makan dan muntah-muntah.
"Sekitar pukul 17.00 WIB, kondisinya kembali turun, lemas, banyak berbaring, kurang lincah dan sesak nafas. Sekitar pukul 17.30 WIB, (nyawa) tidak tertolong lagi," katanya.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!