Kesenian tarian tradisional reog berkembang di wilayah lereng Gunung Merapi. Inilah kisah mereka yang melestarikan kesenian kostum tari ini.
Peluang itu pula yang ditangkap oleh Suparno. Sudah sekitar 20 tahun ini, warga Dukuh Gebyok, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali itu menggeluti bisnis kostum tarian tradisional dan reog.
"Sudah sejak sekitar 20 tahun lalu," kata Suparno, ditemui di rumahnya yang sekaligus tempat usaha pembuatan seragam tarian, Selasa (10/3/2020).
Ide membuat pakaian seragam kesenian itu, kata dia, bermula saat dirinya menjadi ketua paguyuban seni reog di Selo. Dari aktifnya dia di kesenian tersebut, lalu muncul ide membuat seragam sendiri, karena jika membeli harganya juga tidak murah.
"Awal mula ketika saya sebagai salah satu ketua paguyuban seni reog, kemudian saya terinspirasi untuk membuat pakaian (kostum kesenian). Ada pemesanan sedikit demi sedikit, kemudian berlanjut sampai saat ini," ujar dia.
![]() |
Usaha kostum seragam kesenian yang dia beri nama Merapi Art itu pun terus berkembang dan bertahan hingga kini. Pesanan pun terus mengalir dari berbagai kelompok kesenian. Tak hanya dari wilayah Boyolali. Namun sejauh ini, juga dari Kalimantan Timur dan Lampung.
"Sudah kirim ke Kalimantan Timur, Lampung dan juga Boyolali," jelas Suparno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kostum yang dia bikin pun bermacam-macam. Antara lain seni tarian gedruk, topeng ireng, kuda lumping, topeng gedruk dan lainnya.
"Jadi segala jenis kesenian. Kalau harganya dilihat dari model dan desain. Yang paling murah pakaian gedruk dewasa itu Rp 650.000 sampai yang paling mahal Rp 1,5 juta," terangnya.
![]() |
Tak hanya membuat kostumnya saja, Suparno yang aktif di kesenian tradisional sejak muda itu juga melayani menciptakan tarian dan melatihnya. Bahkan, menurut dia, kelompok kesenian yang memesan seragam kostum ke tempatnya, tak sedikit yang minta lengkap dengan tariannya.
"Selain membuat desain pakaian seragam, saya juga membuat tarian. Jadi lengkap dengan cerita, tariannya sama pakaiannya. Kebanyakan pelanggan datang, tanya-tanya dulu. Terus minta disiapkan pakaian (kostum seragam) dan tarian yang terbaru," imbuh Suparno.
Order kostum kesenian itu dikerjakannya bersama istri dan anaknya. Namun jika terlalu banyak orderan, dia memperkerjakan teman-teman di kampungnya.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol