Ini Cara Amerika Tangani Penumpang Pesawat Suspek Corona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Cara Amerika Tangani Penumpang Pesawat Suspek Corona

Putu Intan Raka Cinti - detikTravel
Selasa, 17 Mar 2020 20:31 WIB
Ilustrasi pesawat
AS tak hanya menangani penumpang suspek Corona tapi juga melacak orang-orang yang kontak dengan suspek tersebut. Foto: Ilustrasi pesawat (iStock)
Jakarta -

Penyebaran virus Corona dapat terjadi di moda transportasi umum, tak terkecuali pesawat. Kendati pesawat dilengkapi dengan sistem sirkulasi dan filtrasi udara, probabilitas virus menular dari penumpang yang sakit itu tetap ada.

Melihat hal tersebut, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) membuka layanan laporan untuk penumpang yang sakit atau mengetahui ada penumpang lainnya yang sedang sakit dalam penerbangan.

Dilansir dari Fox News, Senin (16/3/2020) CDC mengatakan, bila terdapat penumpang yang sakit di dalam pesawat, otoritas kesehatan akan menetapkan yang disebut sebagai investigasi kontak (contact investigation). Hal ini dilakukan guna membantu mengidentifikasi dan menjangkau orang-orang yang kemungkinan melakukan kontak dengan orang sakit itu selama dalam penerbangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"CDC terkadang diberitahu mengenai penumpang yang sakit saat pesawat masih mengudara atau tak lama setelah pesawat mendarat. Namun dalam kebanyakan kasus, CDC baru diberitahu ketika penumpang sakit itu mencari penanganan di fasilitas medis," tulis CDC.

Dengan melakukan investigasi kontak, CDC berkoordinasi dengan agen-agen federal dan maskapai penerbangan guna menentukan dimana dan seberapa jauh orang tersebut bepergian. Misalnya, apakah orang itu sempat transit sebelum masuk ke AS dan apakah sudah terjangkit Corona saat itu.

ADVERTISEMENT

Jika orang itu positif Corona, penyelidik akan berkonsultasi dengan maskapai penerbangan untuk melihat manifes dan menentukan penumpang yang mungkin telah melakukan kontak dengan penumpang sakit itu.

Pejabat kesehatan juga akan membuat 'zona kontak' dari area bagan tempat duduk untuk mengidentifikasi penumpang yang kemungkinan terpapar virus tersebut. Mereka kemudian akan menggunakan informasi dari 'zona kontak' untuk melacak penumpang penumpang yang terekspos, melakukan pemeriksaan kesehatan, dan menguraikan langkah-langkah selanjutnya.

Akan tetapi CDC juga mengatakan bahwa zona kontak itu tak terbatas pada area tempat duduk di pesawat. Menurut CDC, teman seperjalanan yang duduknya berjauhan juga tetap masuk dalam zona kontak.

Selain itu anak-anak berusia di bawah 2 tahun yang duduk di pangkuan orang tua mereka juga dianggap sebagai bagian dari zona kontak. Teori ini mirip saat penanganan campak dan rubella.

Paparan Corona ini juga tak terbatas pada orang yang duduk di dekat jendela atau yang dekat dengan lorong. Orang yang duduk di kedua posisi ini tetap berisiko terpapar virus tersebut.

Sebelumnya, sebuah studi dari Tim Penelitian FlyHealthy menemukan bahwa mereka yang duduk di jendela kurang berinteraksi dengan orang-orang yang terletak setidaknya dua baris dari mereka akan berpotensi membatasi paparan. Namun penumpang yang duduk di kursi lorong lebih berpotensi untuk bersentuhan dengan penumpang yang bergerak di sekitar kabin saat mereka menggunakan toilet atau dengan kru maskapai.

Jika dirata-rata, interaksi penumpang yang duduk dekat lorong ini adalah 64 kontak sementara yang duduk dekat jendela adalah 12 kontak.

Tetapi hingga saat ini CDC masih terus mempelajari tentang Corona ini dan cara penyebarannya sehingga siapapun yang berhubungan dekat dengan penumpang sakit harus mengambil langkah pencegahan. Misalnya hindari untuk menyentuh mata, hidung atau mulut setelah bersentuhan dengan permukaan yang berpotensi mengandung bakteri, kuman, bahkan virus. Selain itu rajinlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik.

Maskapai di AS juga mengizinkan penumpang membawa pembersih tangan yang mengandung alkohol dalam kabin yang wadahnya berukuran kurang dari 3,4 ons.

Untuk masyarakat yang bepergian, CDC juga mengimbau mereka untuk memantau kesehatan selama dua minggu usai melakukan perjalanan. Jika merasa sakit demam, batuk, dan sulit bernapas, lebih baik tinggal di rumah dan menghubungi dokter.




(pin/ddn)

Hide Ads