Sebulan setelah lockdown dibuka, masyarakat Kota Wuhan kembali beraktivitas seperti biasa. Hanya saja, mereka tetap harus mematuhi segala protokol pencegahan COVID-19, mulai dari wajib mengenakan masker sampai menunjukkan green card sebagai bukti bahwa mereka sehat.
Meskipun jumlah pasien COVID-19 telah menurun drastis di Wuhan, hal itu tak lantas menjadi jaminan orang-orang Wuhan dapat diterima kembali di masyarakat. Salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Humaidi Zahid yang saat ini tinggal di Wuhan, menceritakan pada detikcom bahwa orang di sekitarnya mendapatkan diskriminasi gara-gara COVID-19 ini.
Diskriminasi itu dialami oleh temannya, WNI yang juga sebelumnya tinggal di Wuhan namun sudah kembali ke Indonesia lewat misi penyelamatan dari Pemerintah Indonesia pada 2 Februari 2020. Sesampainya di kampung halaman, temannya justru mendapat cibiran dari masyarakat di sekitarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kasus pengalaman teman saya orang Indonesia yang dari Wuhan, itu mereka mendapatkan diskriminasi. (Disebut) mereka ini dari Wuhan, kota yang membawa virus Corona. (Teman saya) mendapatkan diskriminasi dari teman-teman, dari tetangga bahkan guru mereka sendiri," paparnya.
![]() |
Tak hanya itu, Humaidi juga merasa bahwa Wuhan pun turut mendapatkan pengucilan dari masyarakat China sendiri. Sampai-sampai orang Wuhan dan Hubei kesulitan bekerja di luar kota.
"Jadi kebanyakan orang Hubei ini kan bekerja di luar kota. Nah mereka kembali ke luar kota untuk bekerja. Seumpamanya mereka bekerja di Guangzhou, kembali bekerja ke Guangzhou. Nah di Guangzhou ini mereka mendapatkan perlakuan agak nggak enak juga. Sama kayak di Indonesia, disebut ini orang Wuhan, orang Corona. Memang ada beberapa perusahaan yang menurunkan kuota untuk orang Hubei, jadi kasihan juga orang Wuhan di situ," ujarnya.
Padahal menurut Humaidi, pemerintah dan masyarakat Wuhan selama ini telah bekerja keras untuk mencegah COVID-19 menginfeksi orang-orang di luar kota tersebut. Salah satunya dengan lockdown yang berlangsung selama 3 bulan.
"Lockdown itu merupakan tanggung jawab yang besar dari Kota Wuhan. Jadi orang yang dari dalam nggak boleh keluar karena takut virus ini menyebar. Dan benar-benar dikunci. Itu menurutku sudah tanggung jawab yang besar," kata dia.
Humaidi sendiri merasakan ketatnya pengawasan kesehatan di sana. Sampai-sampai ia sendiri gagal pulang ke Indonesia karena pada itu ia menderita batuk ringan.
"Saya mau keluar, itu kan ada penjemputan khusus dari negaranya (Indonesia) tapi itu pun saya masih nggak bisa pulang, saking ketatnya prosedur itu," tuturnya.
![]() |
Menurutnya, keputusan pemerintah Wuhan untuk membuka diri itu juga bukan tanpa alasan. Dengan sejumlah aturan ketat yang saat ini masih dilaksanakan, Humaidi percaya kondisi Wuhan saat ini aman.
"Saya percaya kalau memang mereka membuka, menurut mereka aman, saya percaya kalau itu aman. Karena saya merasakan ketika suasana genting saat itu, memang susah sekali untuk keluar. Dan menurut saya itu (lockdown) tanggung jawab yang besar dari Wuhan. (Mereka) tidak akan membiarkan seseorang pun dengan gejala sedikit pun untuk keluar dari Wuhan supaya mencegah penyebaran virus ini. Nah kalau sekarang Wuhan memutuskan untuk membuka, menurut saya aman,"tukasnya.
Berdasarkan laporan terkini dari Komisi Kesehatan Nasional China per 9 Mei 2020, ditemukan 14 kasus baru di Wuhan. Penemuan ini merupakan yang tertinggi dalam sebulan terakhir.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda