PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko berencana sambut turis lagi mulai 8 Juni. Nantinya, wisatawan harus melalui cek suhu badan dan diberi penanda stiker.
Sebelum benar-benar dibuka untuk pelancong, pengelola bakal melakukan simulasi lebih dulu di Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko itu. Sebab, pengelola dan pengunjung harus menjalani protokol kesehatan setelah wabah virus Corona.
Direktur Utama PT TWC, Edy Setijono, menyadari setelah pandemi virus Corona, pelancong bakal lebih detail dalam urusan kebersihan.
Baca juga: Siap-siap, Candi Borobudur Buka Juni Nanti |
"Kita sama-sama tahu wisatawan itu nanti akan lebih menuntut kebersihan, mereka lebih menuntut kerapian, mereka menuntut fasilitas-fasilitas yang membuat mereka merasa nyaman bahwa mereka hadir di sebuah area yang aman dari COVID-19 ini," ujar Edy di sela-sela memberikan bantuan sembako kepada pedagang dan masyarakat di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (19/5/2020).
Dala simulasi itu akan melibatkan wartawan untuk media tour. Nantinya, hasil evaluasi bakal diterapkan untuk menjamu pelancong.
"Jadi ini semacam media tour, kita ajak teman-teman untuk melihat protokol yang ada dan nanti kita akan evaluasi. Kalau memang kondisinya ini sudah siap seperti dengan imbauan-imbauan yang ada di pemerintah itu kan ada, fase 1, fase 2, fase 3. Nah di fase 2 itu, kurang lebih sekitar tanggal 8 Juni sudah bisa dioperasikan," kata Edy.
Protokol baru yang diterapkan tersebut nantinya berlaku bagi semua wisatawan. Untuk itu, tidak dibedakan antara turis lokal ataupun mancanegara.
Dalam protokol ini, pengunjung setelah dicek suhu tubuhnya akan diberikan stiker. Stiker yang diterima tersebut bisa warna hijau, kuning atau merah tergantung dari hasil pengecekan suhu tubuhnya.
"Sama karena protokol ini menyangkut manusia, tidak ada urusan dia itu wisman atau wisnus. Jadi di salah satu protokol itu, di dalam fase pengecekan suhu nanti kita punya tiga stiker. Ada tiga stiker, satu warna hijau, warna kuning dan warna merah," ujarnya.
Menurut Edy, wisatawan dengan suhu di bawah 37,5 atau sampai dengan 37,5 diberi stiker warna hijau. Untuk wisatawan suhunya 37,5 sampai 37,8 akan diberi stiker warna kuning. Kemudian, wisatawan suhunya di atas 37,8 akan diberi stiker warna merah.
"Wisatawan yang suhunya di bawah 37,5 atau sampai dengan 37,5 derajat celcius maka dia adalah yang bebas, maka kita kasih stiker warna hijau," kata Edy.
"Kemudian, untuk wisatawan yang suhunya 37,5 sampai 37,8 derajat celcius, dia akan kita kasih stiker kuning. Di suhu ini, yang bersangkutan butuh pengawasan, oleh karenanya kita tidak berbasis pada hasil tes, ini hanya indikasi saja. Jadi yang bersangkutan tetap bisa masuk ke kawasan hanya dengan adanya stiker kuning itu akan membuat customer servise kita lebih mudah mengenali," dia menjelaskan.
"Kalau dia kemudian bertemu dengan pengunjung yang punya stiker kuning, tapi dia berkerumun maka yang bersangkutan akan kita ingatkan karena beliau rentan, beliau sakit tidak, tapi beliau rentan karena suhu tubuhnya ada di dalam kisaran itu," tuturnya.
Selanjutnya bagi wisatawan yang suhu tubuhnya di atas 37,8 akan dikasih stiker warna merah. Untuk itu, yang bersangkutan disarankan pulang atau jika datang rombongan disarankan istirahat di ruang klinik.
"Kalau wisatawan yang merah, kalau suhunya di atas 37,8. Kita tahu mereka 37,8, kasih stiker merah. Kalau yang bersangkutan berangkat sendirian atau misalnya rombongannya itu, intinya yang bersangkutan kita sarankan pulang," ujar Edy.
"Tapi, bisa jadi kan berkelompok, maka yang bersangkutan itu akan kita antar ke klinik karena di taman wisata ini ada klinik. Jadi yang bersangkutan akan kita arahkan untuk istirahat di klinik, nanti disitu ada treatment yang penting beliau bisa istirahat di situ, tapi tidak kita izinkan untuk jalan-jalan ke taman," Edy menambahkan.
"Kalau aman, kita tidak bisa menyampaikan secara pasti. Tapi kita bisa preventif, kalaupun tidak aman, kita harus jalankan protokol itu dengan ketat. Karena kita harus mulai menimbang, jangan sampai kita kemudian menjadi pesimis karena tidak pernah punya bayangan kapan kita bisa harus beroperasi," ujar dia.
"Kita dorong sekarang ini adalah optimisme. Mari kita optimisme bersama seluruh elemen masyarakat khususnya di sektor pariwisata. Kita harus optimis bahwa kita bisa, caranya disiplin bareng-bareng," kata dia.
Baca juga: Murah Meriah Wisata ke Merapi Garden |
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol