TRAVEL NEWS
Seberapa Bahaya Sih Sampah Plastik?

FOKUS BERITA
Jakarta Larang Kantong KresekSalah satu penyebab rusaknya lingkungan adalah karena sampah plastik. Seberapa bahayakah sampah plastik itu?
Mulai tanggal 1 Juli 2020, Pemerintah DKI Jakarta mewajibkan penggunaan kantong belanja ramah lingkungan. Tentu ini angin segar untuk permasalahan sampah plastik yang menjadi momok kita bersama.
Pemberitaan biota laut makan sampah plastik, biota darat yang mengunyah sampah plastik, penumpukan sampah yang menyebabkan banjir dan hal lainnya bukanlah hal yang asing di telinga kita. Bahaya sampah plastik begitu ada di depan mata.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pad pencemaran laut, khususnya sampah laut, mikroplastik, dan logam berat, Muhammad Reza Cordova menjabarkan bahaya plastik, terutama bagi makhluk hidup.
"Mulai dari sisi mana dulu nih kita? Kalau sampah plastik dibuang ke lingkungan ujung-ujungnya masuk ke tubuh kita lho. Kenapa? Karena plastik kita yang tidak compostable nantinya akan pecah dan kemungkinan salah makan olah organisme," kata Reza dalam perbincangan dengan detikTravel terkait penerapan Pergub 142 tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat yang berlaku mulai hari ini.
"Contoh sederhana seperti ayam, kambing atau sapi. Begitu juga yang ada di laut, dimana mereka yang tidak bisa membedakan mana plastik dan makanan. Yang penting benda itu bergerak dan masuk ke dalam perut mereka. Dan ujung-ujungnya nanti manusia makan biotik itu dan secara tidak langsung masuk ke tubuh kita," Reza memaparkan.
Reza menjelaskan bahwa bagi biota darat dan laut, sampah plastik bisa menyumbat pencernaan mereka, hingga hewan-hewan tersebut selalu merasa kenyang. Padahal yang ada di dalam perut mereka adalah benda yang berbahaya dan tidak bisa dicerna.
"Sehalus apapun plastik apabila diadu ke dalam organ tubuh kita akan mengakibatkan luka di pencernaan. Plastik itu seperti sponge, bisa menyerap polutan sampai logam berat. Jika ini sudah bertempelan dengan plastik kemudian di makan, baik ke tubuh manusia ataupun hewan, polutan itu akan mudah lepas dan menyatu dengan tubuh dan akan menjadi permasalahan baru," dia menjelaskan.
"Jadi timbul kemungkinan nih, apakah penyakit seperti kanker, tumor dan penyakit bahaya lainnya muncul karena ada plastik di tubuh kita yang tidak pernah tahu. Namun bisa faktor ini menjadi salah satu sumber masalah kesehatan," Reza menambahkan.
Reza juga mengungkapkan menjadi sebuah kesalahan memakai sampah plastik (secara tidak benar) dan lebih salah lagi dengan tidak melakukan apa-apa. Sebab, kesalahan-kesalahan itu akan terakumulasi dan berimbas terhadap masa depan nanti, bumi dan isinya.
"Tahun 2050 sudah diprediksi bahwa jumlah sampah plastik akan lebih tinggi dari jumlah biomasa ikan yang ada di laut, begitu juga dengan mikro plastik. Ujung-ujungnya berimbas ke kita," kata Reza.
"Adapun permasalahan sampah itu yang pertama menyangkut estetika, kotor dan merusak pemandangan. Yang kedua tentu masalah bagi lingkungan yang nantinya berimbas juga ke manusia. Sengaja ataupun tidak, mau makan atau tidak dimakan tetap akan berpengaruh pada manusia," Reza menjelaskan.
Adapun imbas dari plastik ke manusia berhubungan dengan kesehatan. Hal ini dikarenakan kita membuang sampah sembarangan atau tidak mengelolanya dengan baik dan benar.
Mirisnya, saat ini Indonesia berada di urutan kedua sebagai penghasil sampah plastik di laut. Itu cuma kalah dati China.
Makanya, DKI Jakarta menerapkan Pergub 142 tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat yang berlaku mulai hari ini.
Simak Video "Menyulap Sampah di Yogyakarta Jadi Wayang Uwuh"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/fem)