Gila! Sampah Plastik di Jepang Cuma Kalah dari AS, tapi...

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gila! Sampah Plastik di Jepang Cuma Kalah dari AS, tapi...

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Minggu, 02 Agu 2020 07:48 WIB
Sampah plastik Jepang
Plastik di onigiri Jepang (Foto: CNN)
Tokyo -

Jepang merupakan salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Bagaimana sejarah dan pengolahannya?

Jepang mengumumkan untuk mulai menarik biaya kantong plastik. Faktanya, negeri Sakura merupakan salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia.

Traveler pasti tahu bahwa rak-rak di toserba Jepang dipenuhi dengan makanan yang dibungkus plastik per biji. Praktik ini sudah berlangsung puluhan tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penjual menganggap bahwa bungkus plastik akan menjamin higienitas suatu barang, kata juru bicara Lawson. Dari 540 miliar kantong plastik yang digunakan setiap tahun di seluruh dunia, konsumen di Jepang menggunakan 30 miliar di antaranya.

Tapi, AS tetap ada di urutan atas, menggunakan sekitar 100 miliar tas setiap tahun. Itu nyaris 1/5 dari total kantong plastik di dunia.

ADVERTISEMENT

Dengan angka itu, Jepang menjadi negara penghasil sampah plastik per orang terbanyak di dunia, kecuali AS, menurut laporan PBB tahun 2018.

Jepang menyadari situasi itu. Negeri Sakura pun telah melakukan upaya untuk mengurangi sampah plastik sejak diterapkannya undang-undang pada tahun 1991 yang memaksa pebisnis bertanggung jawab untuk mendaur ulang kemasannya.

Sampah plastik JepangKantong plastik berbayar di Jepang (Foto: CNN)

Perubahan datang di bulan ini. Pemerintah Jepang mengenakan biaya wajib kantong plastik antara 3-5 yen atau Rp 400-700. Murah.

Penggunaan plastik yang massif di Jepang dimulai pada tahun 1960-70an. Negara ini dikenal dengan industrinya dan berusaha mengubah citra pembuat barang murah menjadi pengecer premium.

Produsen sangat memperhatikan kemasan untuk menarik konsumen yang mencari kualitas. Standarnya, pembungkus plastik akan lebih disukai, hingga pembungkus ini meluas penggunaannya ke makanan.

Hari daur ulang >>>

Hari daur ulang sampah plastik di Jepang

Jepang mungkin mengonsumsi banyak plastik, tetapi juga mempromosikan daur ulang. Ada hari-hari yang ditentukan untuk membuang limbah makanan, plastik, botol kaca dan kaleng aluminium.

Banyak situs web pemerintah daerah memasukkan instruksi terperinci tentang bagaimana orang harus mendaur ulang barang bekas atau limbahnya. Contoh, kota Chiba menandai tempat-tempat yang diperuntukkan membuang botol hingga penyediaan nomor telepon bagi orang-orang yang ingin membuang jarum suntik dan komputer.

Pemilahan sampah plastik di Jepang terlihat canggih bukan? Namun, jangan terlalu jauh berpikirnya.

Jepang menghasilkan sekitar 9 juta ton limbah plastik setiap tahun, kedua setelah Amerika Serikat, yang menghasilkan 35 juta ton limbah plastik pada tahun 2017. Negara ini hanya mendaur ulang kurang dari 10%.

Tingkat daur ulang plastik resmi Jepang adalah 84%, menurut Institut Manajemen Limbah Plastik, sebuah kelompok yang dibiayai oleh produsen pembuat polivinil klorida Shin-Etsu Chemical, perusahaan kimia terbesar di Jepang.

Kedengarannya tinggi. Ketika warga Jepang memilah sampah plastik dan membuangnya, mereka menganggap itu akan berubah menjadi produk plastik baru.

Namun, banyak dari sampah plastik itu tidak ditingkatkan menjadi produk baru karena kualitasnya terlalu rendah dan jumlahnya terlalu banyak. Mayoritas, 56% dibakar untuk menghasilkan energi.

Sampah plastik JepangSampah plastik di Jepang (Foto: CNN)

Proses tersebut dikenal sebagai daur ulang termal. Sampah plastik ini menghasilkan listrik tetapi juga menghasilkan emisi karbon dioksida yang buruk bagi lingkungan.

Sebagian kecil dari keseluruhan sampah plastik Jepang dikirim ke luar negeri untuk diproses kembali. Pada tahun 2018, Jepang adalah pengekspor sampah plastik terbesar di dunia.

Negeri ini mengirim lebih dari satu juta ton ke luar negeri. AS hanya mengirim hampir 900.000 ton saja. Mereka tak tahu pengolahan plastik di negara tujuan.

China kini melarang impor limbah plastik pada Agustus 2017. Limbah plastik menumpuk di Jepang, dan banyak fasilitas penyimpanan telah mencapai batasnya.

Pada 2017, Jepang mengekspor sekitar 75.000 ton sampah plastik ke China. Angka itu turun menjadi 45.971 ton pada tahun 2018, setelah adanya larangan dari Beijing.

Lalu, Jepang mengarahkan ekspor limbah plastik ke Taiwan, Malaysia, dan Thailand. Negara-negara itu kini sedang merencanakan pengurangan impor limbah plastik.

Orang-orang di Jepang biasanya berpikir bahwa mereka telah melakukan bagian mereka, yakni mencuci wadah plastik dan memilah sampah mereka dengan rapi. Namun pada kenyataannya, masalah sampah plastik terus tumbuh kecuali mereka tak menggunakannya lagi.

Masa depan sampah plastik di Jepang>>>

Jepang beralih dari plastik

Beberapa wilayah di Jepang telah menerapkan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Penduduk Kamikatsu, kota dengan populasi 1.490 orang, memberlakukan kebijakan zero waste (nol sampah) sejak tahun 2003.

Mereka mengedukasi penduduknya untuk membeli produk yang dapat digunakan kembali. Kota ini mendaur ulang sekitar 80,7 persen dari 301 ton limbah rumah tangga yang dihasilkannya pada tahun 2019 atau jauh lebih tinggi daripada rata-rata daur ulang nasional sebesar 20 persen.

Sampah plastik, kertas, sisa makanan dan gelas dipisahkan menjadi 45 kategori. Sampah ini dikumpulkan kemudian ditukar dengan poin reward atau didaur ulang.

Sampah yang tersisa, yang tidak dapat didaur ulang seperti kertas tisu, akan dibakar.

Sampah plastik JepangSampah alumunium di Kamikatsu, Tokushima, Jepang (Foto: CNN)

Kota-kota besar lainnya juga berusaha mengurangi limbah. Pada tahun 2018, kota Kameoka di prefektur Kyoto menjadi kota Jepang pertama yang mengumumkan rencana untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai.

Tujuannya untuk mengakhiri penggunaan plastik pada tahun 2030. Mulai Januari mendatang, pengecer di kota itu akan dilarang menawarkan kantong plastik kepada pelanggan.

Masa depan sampah plastik Jepang

Kemasan plastik berbayar di Jepang menjadi lompatan besar revolusi sampah plastik di Jepang. Kenapa tidak serta-merta melarang kemasan atau kantong plastik?

Roy Larke, profesor di Universitas Waikato dan editor situs intelijen pasar JapanConsuming, menyampaikan teori bahwa saat sampah plastik di Jepang sudah mencapai angka yang bikin geleng-geleng kepala, saat itu pula warga Jepang sedang mengikuti tren ramah lingkungan, sebuah perubahan dari orang-orang yang gemar sekali buang. Ya, warga Jepang beralih menggunakan botol dan tas yang bsia dipakai berulang kali.

Selain itu, pemilik toko tidak ingin melukai pelanggan. Sebab, bisa saja pelanggan kecewa saat barang yang dibeli tak diserahkan ke dalam kantong plastik. Nah, berbeda jika pelanggan yang bilang mereka tak membutuhkan kantong plastik. Situasi itu diyakini bisa mengubah model bisnis kantong plastik di negara itu.

Makanya, Jepang juga mendukung AS pada Pakta G7 pada 2018. Jepang turut menolak penandatanganan Pakta G7 yang isinya untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mencegah polusi plastik.

Pada saat itu, menteri lingkungan hidup Jepang, Masaharu Nakagawa, menegaskan bahwa Jepang memiliki antusiasme yang sama untuk mengurangi limbah plastik seperti yang Pakta G7 maksud. Tapi, ia memutuskan untuk tidak berpartisipasi karena hal itu dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari dan industri.

Barulah, pada tahun berikutnya Jepang berkomitmen untuk mengurangi limbah plastik sekali pakai sebesar 25 persen pada tahun 2030. Mereka ingin mendaur ulang 60 persen dari semua kemasan plastik dan wadah pada tahun yang sama.

Langkah itu direspons positif toko ritel. Salah satunya, 7-Eleven Holdings. Pada 2019, &-Eleven mengumumkan penggantian bungkus plastik di nasi kepal atau onigiri mereka dengan alternatif bungkus berbasis tanaman.

Faktanya, toserba memproduksi sekitar 2,2 miliar onigiri per tahun.Perubahan kemasan itu diperkirakan menghemat 260 ton plastik dan mengurangi emisi CO2 hingga 403 ton per tahun.

Pakar di sana ingin Jepang bebas kantong plastik sekali pakai, contoh pembeli nanti akan membawa wadah jika ingin membeli beras atau barang lainnya. Praktik itu dilaksanakan oleh warga Jepang 30 tahun lalu.

Tidak sulit rasanya untuk menjalankan tradisi nenek moyang, bukan?

Halaman 2 dari 4
(msl/fem)

Hide Ads