Jakarta -
Berkaca pengalaman traveling ke banyak negara, Agustinus Wibowo menilai Tanah Airnya, Indonesia, amat spesial. Yang bikin istimewa adalah keberagaman.
Agustinus menuju China setelah gelisah mencari tahu tanah airnya. Pria keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Lumajang, Jawa Timur itu berharap menemukan tempat yang tak lagi menganggapnya sebagai orang asing, jauh dari warga yang memanggilnya 'cina'.
Agus pun memutuskan untuk mengambil studi di Universitas Tsinghua di Beijing. Dia terbang ke Negeri Panda itu pada tahun 2000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dibesarkan sebagai orang Tionghoa-Indonesia. Sebelum tahun 1998 itu kan banyak sekali diskriminasi ya, jadi ada kaya bayangan nya mungkin tanah air saya tuh adanya di China, karena kalau di sini kan zaman itu keluar di jalan saja langsung di bully orang "china lu, china lu"," kata Agus dalam IGLive bersama detikTravel, Sabtu (15/8/2020).
"Nah itu yang kemudian mendorong saya pergi ke China. Tapi, setelah saya sampai di China saya merasa saya juga bukan bagian dari negara ini," Agus menambahkan.
Kebiasaan warga lokal yang berbeda, bahasa yang tidak sama, membuat Agus merasa asing. Dia merasa ada jarak dengan warga China.
[Gambas:Instagram]
Agustinus Wibowo pun berkesimpulan bahwa rumahnya ada di Indonesia dengan langit biru, pepohonan hijau, dan Gunung Semeru yang bisa dilihat setiap hari dari kediamannya di Lumajang.
Bukan cuma itu, Agustinus yang kemudian melanjutkan perjalanan ke negara-negara di sekitar China, di antaranya Afganistan, Pakistan, dan pecahan Uni Soviet, juga menuju Eropa dan benua Amerika ke Suriname menemukan betapa spesialnya Indonesia.
Penjelajahan ribuan kilometer itu membuat Agus menyimpulkan bahwa negeri tempatnya lahir dan bertumbuh yang tempatnya pulang itu memiliki keistimewaan yang tidak dipunyai negara-negara yang sudah disinggahinya. Indonesia memiliki keberagaman yang terbentang dari Aceh hingga Papua dan bisa bersatu. Bhinneka Tunggal Ika itu nyata betul adanya.
Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI), penulis buku Titik Nol, Selimut Debu, dan Garis Batas itu mengingatkan akan keistimewaan itu.
"Keberagaman itu adalah satu hal yang bisa membuat orang lain kagum kepada kita. Saya pernah membawa satu profesor dari China ke Indonesia. Saya bawa ke Museum Gajah (Museum Nasional di Jl Merdeka Barat, Jakarta Pusat) yang berada di dekat Monas," kata Agus.
"Dia sudah pergi ke banyak museum di seluruh dunia, dia mengatakan "ini museum pertama yang saya datangkan yang paling kaya dan benar-benar museum". Saya kaget, saya ngerasa saya datang ke museum ini biasa-biasa aja, tapi teman saya si professor ini setiap artefak mulai dari Aceh dan kain-kainnya, patung-patungnya, topeng-topeng "ini bukan museum satu negara, tapi museum internasional. Semua ada di sini,"
"Kemudian saya bertanya kepada dia. "Bagaimana kamu menyimpulkan Indonesia dalam satu kata?". Kata dia "Indonesia penuh keberagman". Dan, itu yang membuat saya takjub dia bisa melihat itu," ujar Agus.
Suriname Berencana Mengadopsi Bhinneka Tunggal Ika >>>
Soal keberagaman Indonesia itu bahkan bakal diadopsi Suriname. Rencana itu terungkap dari salah satu pejabat Suriname yang ditemui Agus ketika melakukan riset di negara tersebut.
Suriname merupakan negara dengan berbagai etnis berbeda dari berbagai belahan dunia. Yakni, Hindustani, Kreol, Bushnengro dan Marun, Jawa, dan kelompok lain (India, Cina, Boeroes, Yahudi Sefardim dan Yahudi Ashkenaz, Lebanon, Brasil). Mereka hidup berdampingan, namun tidak berbaur.
Pemerintah Suriname pun berharap mereka bisa meniru Indonesia yang kendati memiliki banyak suku, namun bisa berbaur.
"Saya pergi ke Suriname, saya bertemu dengan pak menteri, menteri orang Jawa Suriname. Dia bilang kepada saya,"Ada satu hal yang berasal dari tanah leluhur saya yang mau saya terapkan di tempat saya, yaitu campur baur (campur aduk). Itu yang mau saya bawa ke Suriname, supaya kita ini menjadi masyarakat yang plural tapi juga berinteraksi dengan damai". Itu prinsip Bhinneka tunggal Ika, namun ingin diterapkan menjadi dalam persatuan ada keberagaman," ujar Agustinus yang tinggal selama dua bulan di Suriname.
"Politisi di sana juga mengambil sesuatu dari Indonesia untuk diterapkan di negaranya dan itu cita-citanya dia untuk membawa konsep campur baur itu menjadi satu value (nilai) yang bisa diterapkan di Suriname," Agus menambahkan.
[Gambas:Instagram]
Berkaca pengalaman itulah Agus berharap pada HUT RI ke-75 ini Indonesia semakin kukuh dengan tetap mempertahankan ilai spesial itu; keberagaman. Faktanya, bukan sekali dua kali terjadi konflik yang berpotensi mengancam keberagaman Indonesia, namun Indonesia mampu bertahan.
"Keberagaman itu value kita, keberagaman itu kekayaan kita dan ini yang jangan sampai karena satu golongan,"oh cara mendefinisikan Indonesia hanya dengan cara ini, sedangkan bila tidak dengan cara yang sama bukan Indonesia kemudian diserang" dan itu yang membuat konflik, dan itu konflik yang sama dari negara-negara lain yang terjadi," kata Agustinus.
"Saya tinggal di negara-negara konflik, kenapa di Afghanistan konflik, karena ya kalo warna kulit kamu beda ya kamu bukan orang Afgan gitu," dia menambahkan.
Agus berharap persatuan Indonesia tidak luntur sampai kapanpun. Dia tidak ingin perpecahan yang menyengsarakan warga di negara-negara yang dikunjunginya terjadi di Indonesia.
"Gagasan itu harus kita jaga bersama, kita rawat bersama. Gagasan itu tidak ada di Afganistan, di Suriname kadang adalah konflik, tapi tidak sampai berdarah. Itu lah mengapa pepatah Jawa mengatakan kita perlu menerapkan campur baur di sini. Ya, kan supaya kaya di Indonesia ini, kita harusnya punya gagasan ini, kita punya value yang sangat bernilai di sini yang harus kita rawat, dan harus kita kembangkan," kata dia.
"Banyak orang yang sudah lupa, gagasan asal Indonesia tuh apa. Karena kita terlalu banyak di sini, kita sudah mulai menganggap apa yang kita punya ini sebagai hal yang biasa, kita jadi sibuk mencari yang di luar jadi lupa dengan kekayaan sendiri."
"Kekurangan kepercayaan diri, kalo kita pergi keluar negeri kita melihat Indonesia, sebagai orang Indonesia justru mungkin akan tumbuh karena banyak hal yang ada di Indonesia yang di negara lain nggak punya," Agustinus Wibowo menegaskan.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!