Penulis buku-buku perjalanan Agustinus Wibowo menganggap traveling tradisional paling pas untuknya. Apa maksudnya?
Agustinus mengawali traveling seperti traveler lain, mengincar banyak destinasi. Dulu, dia juga terobsesi untuk menandai paspornya dengan stempel negara-negara yang didatangi.
Tapi, dalam prosesnya, pria yang akrab disapa Agus itu memilih untuk menjalani traveling tradisional. Dia mengikuti perjalanan ala orang-orang dahulu kala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku enggak pernah menghitung jumlah negara yang sudah aku datangi. Karena, buat aku jumlah negara tidak terlalu penting. Sekarang aku lebih mengandalkan kepada kedalaman. lebih baik pergi ke jumlah negara sedikit tapi benar-benar mengerti dan memahami ketimbang hanya sekilas namun cuma di permukaan," kata Agus dalam perbincangan dengan detikTravel.
Baca juga: Suriname yang Amat Kosmopolitan |
"Ya, aku lebih suka perjalanan dalam cara yang tidak terkomersialisasi, karena buat aku perjalanan itu terinspirasi cerita-cerita perjalanan yang ditulis di masa lalu. Perjalanan adalah proses interaksi antarmanusia, antarbudaya, saling mengenal dan buat aku itu yang penting," Agustinus Wibowo menuturkan.
Makanya, Agus lebih senang melebur dengan warga setempat. Dia langsung berpartisipasi dalam aktivitas warga lokal.
"Itu agar aku bisa memahami dan mengadopsi roh tempat itu. Dan, buat aku itulah perjalanan. Secara tradisional memang untuk itu. Wisata sebenarnya baru ada abad 20, zaman dulu jalan-jalan ya buat berdagang, interaksi, riset, koloni," ujar penulis buku Titik Nol, Garis Batas, dan Selimut Debu, Agustinus.
"Jadi, aku lebih mengapresiasi perjalan yang tradisional, interaksi budaya itu untuk memahami belajar, untuk memahami mereka dan memahami aku sendiri," Agus menambahkan.
Saat ini, Agustinus Wibowo tengah menyiapkan seri buku perjalanan tentang nusantara. Itu merupakan hasil rangkaian perjalanannya di Belanda. Suriname, dan perbatasan-perbatasan Indonesia.
Baca juga: 'Seharusnya Pandemi Corona Menyatukan NKRI' |
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan