Cerita Pemilik Wisata SvargaBumi Bagi Hasil Sawah dengan Petani

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Pemilik Wisata SvargaBumi Bagi Hasil Sawah dengan Petani

Eko Susanto - detikTravel
Selasa, 01 Sep 2020 07:41 WIB
Destinasi wisata SvargaBumi Borobudur tengah menarik perhatian publik. Di sana wisatawan disuguhi pemandangan sawah serta pegunungan Menoreh dan Candi Borobudur
SvargaBumi Borobudur Foto: Eko Susanto
Magelang -

Tempat wisata yang menjagokan pemandangan sawah dan Candi Borobudur di Magelang, SvargaBumi Borobudur, tengah heboh. Apalagi, ada kisah seputar petani penggarap yang bisa mendapatkan keuntungan dari sawah ini, tak hanya dikuasai pemilik tempat wisata atau sawah.

SvargaBumi terletak tak jauh dari Candi Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tepatnya di Dusun Gopalan dan Ngaran, Desa Borobudur. Di lahan seluas 3 hektare ini, pengunjung bisa menikmati spot selfie yang ada berkisar 20 sampai 22 titik spot selfie.

'Seorang kawan kirim video dan cerita dibalik keindahan tempat ini. Ada cerita bisnis yang menarik "Ini di Magelang! Pemilik sawah sangat diuntungkan karena sawah 0,1 ha disewa 8 jt/th (1 ha 80 jt/th). Penggarap tetap diperbolehkan menggarap sawahnya dan mendapatkan seluruh hasil padinya semua alias cuma2 (tidak ada bagi hasil dengan pemilik lahan, krn sdh disewa oleh investor). Buruh tani dapat pekerjaan rutinitas tiap hari atau harian lepas. Disewa selama 10 th dengan total luas 20 ha. Ini contoh kasus yang menguntungkan bagi petani dan investor tentunya. OK gak? Siapa pernah kesini?' tulis Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di akun Instagram-nya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu Owner SvargaBumi Borobudur, Putranto Cahyono, menjelaskan lebih lanjut soal wisata yang dia kelola bersama petani. Di lahan seluas 3 hektar ini ada sekitar 15 sampai 20 petani penggarap.

"Sistem bagi hasil dengan petani, sebenarnya simpel saja, jadi sawah tetap kita sewa selama 10 tahun. Kemudian, petani penggarap maupun petani pemilik lahan itu tetap kita kasih kesempatan untuk mengelola dalam artian dia bercocok tanam," katanya saat ditemui di lokasi SvargaBumi Borobudur, Senin (31/8/2020).

ADVERTISEMENT

Untuk bibit padi dan pupuk, katanya, bibit disiapkan 100 persen dari SvargaBumi, kemudian pupuk dan pengairan air dibantu. Untuk itu, petani maupun penggarap berkewajiban untuk bercocok tanam.

"Kalau bibit kita siapkan 100 persen. Pupuk sama pengairan kita bantu, tapi mereka itu berkewajiban untuk bercocok tanam. Nah, dari situ hasilnya full kita kembalikan kepada petani. Prinsipnya hanya seperti itu saja," katanya.

Berdasarkan pantauan di lokasi, di lahan persawahan yang disewa tersebut seluas 3 hektare. Saat ini, ada padi yang masih menghijau, namun ada juga padi yang sudah dipanen. Jika sebelumnya lahan ini, merupakan lawan persawahan tadah hujan, namun demikian pengelola SvargaBumi menyampaikan pascapanen akan melakukan beberapa trik. Termasuk disediakan sumur untuk pengairan di lahan tersebut.

"Pascapanen kita ada beberapa trik. Lha ini, salah satunya kita lagi uji coba dan ada beberapa plan, kita ada. Yang jelas, disini ada tiga pola tanam zona A, zona B dan zona C, dengan selisih waktu satu bulan, satu bulan. Jadi yang satu panen, yang dua masih hijau. Nanti setelah yang satu sudah kita tanam lagi, ini baru panen, jadi berkelanjutan terus. Di saat lahan pascapanen, ada beberapa trik biar nggak terlalu kelihatan gersang," tuturnya.

Luas lahan 3 hektar untuk lahan sawah, kemudian parkir seluas 1 hektar. Sejak dibuka, pengunjung terus berdatangan.

"Luas lahan 3 hektar yang sawah. Satu hektar di lahan parkir," ujarnya seraya menyebut pengunjung per hari rata-rata 100 sampai 200, kemudian Sabtu dan Minggu bisa mencapai 300 sampai 500 orang.

Putranto Cahyono yang biasa dipanggil Pungki menambahkan selama pandemi ini SvargaBumi menerapkan protokol kesehatan. Dimana pengunjung wajib memakai masker, kemudian wisatawan dicek suhu tubuhnya dan diminta untuk berjaga jarak.

"Kita pakai sistem buka tutup. Kita ada pembatasan, kalau di dalam sudah sekitar 200-an (pengunjung), itu kita tutup. Nanti kita tunggu setelah keluar, baru pengunjung dimasukkan lagi, jadi sistemnya seperti itu," ujarnya.




(ddn/fem)

Hide Ads