Abu Dhabi Beri Gelang Pelacak untuk Pantau Karantina Turis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Abu Dhabi Beri Gelang Pelacak untuk Pantau Karantina Turis

Femi Diah - detikTravel
Rabu, 23 Sep 2020 11:07 WIB
Sebagian wilayah Abu Dhabi, UAE dengan gedung tinggi dilihat dari helikopter.
Foto: Getty Images/EXTREME-PHOTOGRAPHER
Abu Dhabi -

Turis yang memasuki Abu Dhabi saat pandemi virus Corona diminta untuk menjalani karantina. Untuk melacaknya, pemerintah mewajibkan pelancong memakai gelang pelacak elektronik.

Abu Dhabi, yang sempat tak mau bertaruh untuk membuka pintu bagi orang asing, akhirnya bakal memeri ruang untuk wisatawan asing saat pandemi virus Corona. Untuk mengantisipasi orang luar menyebarkan COVID-19, Abu Dhabi menyiapkan serentetan prosedur pelacakan.

Lewat Etihad dan dikutip Lonely Planet, Abu Dhabi mengumumkan pelancong harus menjalani tes suhu badan melalui sensor termal dan diuji COVID-19. Kemudian, mereka harus melakukan karantina selama 14 hari. Gelang itu dibagikan di bandara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelang tersebut merupakan sensor pelacakan elektronik untuk turis agar pemerintah bisa dengan mudah memantau pelaksanaan karantina turis. Setelah tinggal di Abu Dhabi selama 96 jam setelah penerbangan, pelancong wajib menjalani tes COVID-19.

Seperti banyak negara lain, Uni Emirat Arab (UEA) mengalami peningkatan jumlah kasus virus Corona setelah sempat menunjukkan penurunan beberapa bulan terakhir. Memang, jumlah kematian tetap jauh lebih rendah daripada di bulan April dan Mei pada puncak wabah. UEA mencatat jumlah kasus harian baru tertinggi di seluruh pandemi pada 12 September.

ADVERTISEMENT

UEA telah memperkenalkan sejumlah cara inovatif untuk meredam virus Corona di bandara internasional yang dimiliki, yang pernah menjadi bandara tersibuk di dunia itu. Sebelum Abu Dhabi mengenalkan gelang pelacak elektronik, bandara Dubai melatih anjing pelacak untuk mendeteksi COVID-19 pada penumpang. Selain itu, Emirates berjanji akan menanggung biaya pelancong jika mereka didiagnosis dengan virus Corona.

Beberapa tempat lain di dunia juga telah menerapkan atau sedang mempertimbangkan teknologi geolokasi serupa. Semua pendatang baru di Singapura diharuskan memakai perangkat pemantau elektronik sejak pertengahan Agustus.

Sementara itu, Hawaii sedang mempertimbangkan untuk mengizinkan wisatawan menjalani karantina 'resort bubble' serta dilengkapi alat pelacak. Cara lain dipilih Thailand, yakni dengan visa jangka panjang khusus pandemi sebab turis asing wajib tinggal dalam jangka waktu panjang untuk memudahkan melacak COVID-19.




(fem/fem)

Hide Ads