Es abadi kini sudah berumur. Tak hanya terjadi di Pegunungan Jayawijaya, menghilangnya gletser ini juga terjadi puncak Gunung Kilimanjaro.
Dalam pemberitaan CNN, potongan besar es abadi di Gunung Kilimanjaro menghilang oleh karena krisis atau perubahan iklim. Kejadian ini diungkapkan oleh pemanjat es Will Gadd.
Will Gadd telah menyaksikan dari dekat kehancuran yang ditimbulkan oleh krisis iklim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemanjat es ini telah menghabiskan hidupnya untuk menyelesaikan satu ekspedisi berani demi melaksanakan ekspedisi lain di beberapa tempat terdingin di bumi.
Semakin hari, dia melihat tempat bermainnya itu mencair dan berubah tanpa bisa dikenali.
Sebelumnya, pada pendakian terbaru dan terakhir kalinya di tahun 2020, Gadd mendaki juga memanjat lapisan es Gunung Kilimanjaro. Keadaannya sudah berubah karena sekarang sudah mencair.
"Beberapa es Gunung Kilimanjaro yang saya daki enam tahun lalu, pada 2014, kini sudah hilang," katanya.
"Ini jelas gunung yang sangat berbeda. Rasanya seperti rollercoaster yang memberi rasa emosional untuk sampai ke sana dan melihat es yang ingin kami daki dan kemudian sebagian besar hilang," kata dia.
Gadd telah dijuluki sebagai pahlawan gunung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa karena karyanya mengeksplorasi alam liar terutama pegunungan. Ia juga peka terhadap perubahan iklim yang telah berdampak pada pegunungan di dunia.
Pemanjat es tersebut prihatin dengan bagaimana perubahan tersebut yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat di kaki Gunung Kilimanjaro.
Es abadi atau gletser menghilang di berbagai gunung belahan dunia. Bahkan, sejumlah resor ski Eropa yang mengambil salju dari puncak gunung untuk digelar di halamannya karena suhu semakin memanas.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!