Sampai saat ini, sudah ada 7 orang terbunuh akibat serangan hiu di Australia, terbanyak sejak tahun 1934. Apakah ada hubungannya dengan pemanasan global?
Tahun ini, angka serangan hiu terhadap manusia di Australia cukup mengkhawatirkan. Sudah jatuh 7 korban jiwa akibat serangan hiu. Terakhir kali jatuh 7 korban akibat serangan hiu di Australia terjadi pada tahun 1934 alias 86 tahun silam.
Tahun 2019 lalu, dilaporkan tidak ada serangan hiu terhadap manusia. Namun tahun ini, angkanya yang melonjak tajam mengakibatkan 'alarm' tanda bahaya mulai berbunyi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Australia, tahun ini agak mengkhawatirkan. Faktanya, rata-rata kematian tahunan akibat serangan hiu, cuma satu orang. Jadi, 7 orang berada sangat jauh di atas itu," ungkap Culum Brown, Profesor Departemen Biologi Universitas Macquarie di Sydney, seperti dikutip dari CNN, Jumat (23/10/2020).
Angka kematian cuma 1 orang dalam setahun akibat serangan hiu sudah bertahan selama 50 tahun terakhir di Australia. Namun catatan itu memburuk pada tahun 2020 ini.
Para peneliti menduga, ini ada hubungannya dengan pemanasan global. Suhu lautan menghangat, mengakibatkan ekosistem terganggu dan hiu dipaksa untuk melakukan adaptasi. Perilaku hiu yang semula menghindari manusia, kini malah bergeser jadi ingin menyerangnya.
Tercatat ada 3 jenis hiu yang paling bertanggung jawab terhadap serangan kepada manusia di Australia. 3 Spesies hiu itu adalah hiu macan, hiu banteng dan juga hiu putih.
"Perubahan iklim yang dinamis mengakibatkan hiu mengubah habitat mereka, soal suhu air dan pola makan juga berubah. Dan hewan ini adalah hewan besar dengan daya jelajah yang luas. Mereka berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan di saat yang bersamaan, manusia yang menggunakan lautan juga meningkat dengan signifikan," imbuh Robert Harcourt, peneliti ekolohi hiu sekaligus Direktur Kelompok Peneliti Predator Laut Universitas Macquarie.
Brown dan Hartcourt sepakat bahwa lautan saat ini sudah berubah, begitu pun dengan hiu yang ikut berubah mengikutinya. Namun mereka berdua tidak bisa menyimpulkan hanya berdasarkan data tahunan tunggal, soalnya data tersebut masih fluktuatif dan bisa saja berubah tahun depan.
"Kamu tidak bisa mengambil kesimpulan soal apapun hanya berdasar dari satu data tahunan, ya tapi kita tidak punya keraguan bahwa kita memasuki periode yang penuh ketidakpastian. Apapun yang akan terjadi di masa depan akan jadi sesuatu hal yang baru bagi kami," pungkas Brown.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum