Semenjak viral foto komodo menghalang truk di Loh Buaya, perhatian publik terfokus pada Pulau Rinca, save komodo pun trending di media sosial. Ini updatenya sejauh ini.
Belakangan, muncul foto komodo di taman nasional itu berhadap-hadapan dengan truk. Foto itu diunggah di media sosial Instagram @gregoriusafioma pada Sabtu (24/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dapat kiriman foto tentang situasi pembangunan "jurassic park" ini dr seorang teman. β£ Komodo "hadang" Truck pembangunan Jurassic Park di Rinca. β£
Ini benar-benar "gila", tak pernah dibayangkan sebelumnya bisa terjadi," ujar sang pengunggah konten yang belakangan diketahui bekerja untuk LSM Sunspirit For Justive and Peace di Labuan Bajo.
Muncul #savekomodo di dunia maya
Dalam waktu singkat, foto itu langsung viral di media sosial dan mendapat kecaman baik di masyarakat setempat mau pun travel influencer, aktivis hingga komedian. Tagar #savekomodo ikut menyertai di dunia maya.
Salah satunya adalah Lostpacker atau Sutiknyo, seorang travel influencer yang juga merupakan seorang videografer. Dalam unggahan di laman Instagramnya, Lostpacker menyebut kalau ia sudah hopeless melihat perlakuan yang diterima komodo di habitat aslinya tersebut.
"Melihat beberapa kejadian di Taman Nasional Komodo kok sepertinya saya sudah hopeless. Diganggu mulu kehidupan "modo" di rumahnya sendiri. Buat masyarakat kampung Komodo, keberadaan modo atau ora ini adalah bagian dari keluarga," tulis Lostpacker.
Tak hanya Lostpacker, foto komodo versus truk pembangunan Pulau Rinca turut bikin kalangan artis bersuara. Bintang Emon, Fiersa Besari hingga Melanie Subono ikut protes.
"Maaf kan kami komodo ... hotel dll bukan habitat mu, yang kami ajak bicara hanyalah tembok uang tanpa hati . Batu. Semoga reinkarnasi nya pada jadi kecoak nanti," tulis Melanie di akun Instagramnya.
Bintang Emon, komika yang begitu vokal dengan beberapa isu yang ramai, melancarkan sindirian. Ia menyebut pembangunan wisata di Taman Nasional Komodo itu cuma akan menguntungkan investor. Belum cukup, Bintang Emon juga mengatakan penduduk lokal nantinya akan mendapatkan upah sebagai buruh.
"Ambil aja bos semuanya, duitin aja semuanya. Pulau Komodo, bikin bangunan yang akan buat kaya investor yang nggak tahu orang mana tuh," kicaunya pada Senin (26/10).
Masyarakat setempat ikut menentang
Denah rencana pembangunan di Pulau Rinca (pungkywidiaryanto/Instagram)
|
Aloysius Suhartim Karya, Ketua Forum Masyarakat Peduli dan Penyelamat Pariwisata Manggarai Barat (Formapp Mabar) mengemukakan hal itu kepada detikTravel.
Aloysius mengatakan bahwa pembangunan ini lebih melihat aspek ekonomis bukan berkelanjutan. Harusnya investasi senilai miliaran rupiah itu dikucurkan untuk pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan pelaku usaha.
"Pemerintah harusnya mendanai bangunan di luar kawasan konservasi. Manfaatkan uang itu untuk memberdayakan masyarakat," ujarnya.
Selain itu pembangunan fisik ini juga dianggap tidak penting. Karena sesungguhnya branding wisata komodo sudah sangat kuat.
"Pembangunan ini tidak ada urgensinya, merusak dan mencederai branding komodo. Orang-orang datang ke sini bukan karena fasilitas megah. Baru-baru ini saja ada hotel mewah, itu pun karena wisatawan membludak datang ke sini," tegasnya.
Ditutup hingga Juni tahun depan
Salah satu buntut viralnya foto komodo itu berimbas pada penutupan sementara Loh Buaya oleh pihak Balai Taman Nasional Komodo.
Penutupan resmi dilakukan mulai hari Senin (26/10) hingga 30 Juni 2021. Pengumuman tersebut dikeluarkan lewat surat pengumuman Balai Nasional Taman Komodo pada Minggu (25/10).
"Menutup sementara Resort Loh Buaya, SPTN Wilayah I Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo terhitung sejak tanggal 26 Oktober 2020 hingga 30 Juni 2021 dan akan dievaluasi setiap 2 (dua) minggu sekali," bunyi pernyataan pihak balai.
Menurut isi dari surat pengumuman, pembangunan sarana pra sarana Resort Loh buaya yang terdiri dari dermaga, pusat informasi wisatawan, jalan jerambah, penginapan ranger hingga naturalist guide akan tetap mengutamakan keselamatan satwa komodo.
Baca juga: Pulau Rinca Ditutup, Pelaku Wisata Menjerit |
Kata KLHK
Pulau Rinca (Dadan Kuswaraharja/detikTravel)
|
"Terkait dengan foto yang tersebar di media sosial tersebut dapat dijelaskan bahwa kegiatan aktivitas pengangkutan material pembangunan yang menggunakan alat berat dilakukan karena tidak dimungkinkan menggunakan tenaga manusia. Penggunaan alat-alat berat seperti truk, ekskavator dan lain-lain, telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian," kata Wiratno dalam keterangannya, Minggu (25/10).
Pulau Rinca memiliki luas 20.000 hektare, sementara luas Lembah Loh Buaya adalah 500 hektare atau 2,5 persen dari luas Pulau Rinca. Estimasi populasi komodo di Pulai Rinca pada 2019 diperkirakan sebanyak 1.300 ekor, sementara populasi komodo di Lembah Loh Buaya sekitar 66 ekor.
Wiratno menyebut populasi komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir relatif stabil, dengan kecenderungan sedikit peningkatan di 5 tahun terakhir.
Menurut Wiratno, jumlah komodo yang sering berkeliaran di sekitar area pembangunan sarana dan prasarana di Loh Buaya diperkirakan kurang dari 15 ekor dan komodo tersebut setiap pagi memiliki perilaku berjemur.
Bukan Jurassic Park
Lebih lanjut, Wiratno juga menepis isu Jurassic Park di Pulau Rinca seperti yang banyak beredar di media sosial.
"Saya sampaikan tidak ada konsep wisata Jurassic Park, pengelolaan taman nasional ada zona pemanfaatan, zona pemanfaatan boleh jadi eco wisata bukan mass tourism," ujar Dirjen Konservasi SDA dan Ekosistem, KLHK Wiratno dalam wawancara CNNIndonesia yang dilihat detikTravel, Selasa (27/10).
Ditelusuri lebih lanjut, brand wisata Jurassic Park lebih dulu dipopulerkan oleh Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, saat menjawab isu penutupan taman nasional bagi masyarakat setempat pada 11 Oktober 2019 silam.
"Itu kayak dinosaurus (Jurassic Park) di Komodo, mau dibikin research center. Kita mau atur supaya nggak semrawut. Jadi jangan khawatir enggak dapat kerjaan. Dengan adanya penataan begini, maka nanti penduduk setempat akan lebih sejahtera," kata Luhut di kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).
![]() |
Dalam praktiknya, proyek desain untuk pembangunan Pulau Rinca jatuh ke PT HAN AWAL yang diberi mandat untuk oleh Kementerian PUPR. Di awal September kemarin, Yori Antar selaku pemimpin dari PT HAN AWAL juga ikut mempopulerkan branding serupa.
"Wisata Jurassic di Pulau Rinca, adalah salah satu KSPN andalan untuk memfasilitasi kunjungan turis yang semakin lama semakin banyak," ujar Yori dalam unggahan Instagramnya (5/10).
Senada dengan Yori, Hafila Fania yang diutus untuk membuat desain terkait pusat informasi dan fasilitasnya itu juga mengatakan hal serupa. Wisata bertema Jurassic ya, tapi bukan Jurassic Park.
"Iya, kami dari tim perencana itu sebenarnya memberi judul wisata Jurassic gitu. Kenapa wisata Jurassic? Memang istilahnya itu turunan dari era purbakala komodo itu, tapi kami tidak menyebut Jurassic Park gitu," ujar Fania.
Perihal nama branding, Fania merujuk istilah wisata Jurassic terkait dengan keberadaan sang komodo sendiri yang merupakan hewan purba. Hanya saja tak ada kaitannya dengan film Jurassic Park beserta isinya yang tayang di layar kaca.
"Sebenarnya orang mau menyebut apa juga itu bebas. Orang menyebut proyek ini dengan judul apapun sah-sah saja, karena proyek ini tuh interpretasinya tidak benar-benar seperti film Jurassic Park dan itu akan bisa dibuktikan nanti ketika bangunannya itu jadi," tambah Fania.
Kabar terakhir
Foto: Dok. Kementerian PUPR
|
Dalam hal ini, Kementerian PUPR bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melalui Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) yang ditandai dengan penandatanganan kerja sama pada 15 Juli 2020.
Koordinasi dan konsultasi publik yang intensif terus dilakukan, termasuk dengan para pemangku kepentingan lainnya, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan di lapangan untuk mencegah terjadinya dampak negatif terhadap habitat satwa, khususnya komodo.
"Pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN direncanakan secara terpadu baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan resminya, dikutip Senin (26/10).
Saat ini penataan Pulau Rinca tengah memasuki tahap pembongkaran bangunan eksisting dan pembuangan puing, pembersihan pile cap, dan pembuatan tiang pancang. Untuk keselamatan pekerja dan perlindungan terhadap satwa komodo, telah dilakukan pemagaran pada kantor direksi, bedeng pekerja, material, lokasi pembesian, pusat informasi dan penginapan ranger.
"Kami selalu didampingi ranger dari Balai Taman Nasional Komodo, sehingga proses pembangunan prasarana dan sarana tidak merusak atau mengganggu habitat komodo," kata Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi NTT Herman Tobo.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan