Ada yang berbeda dalam perayaan Grebeg Maulud yang diadakan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat tahun ini. Tidak ada gunungan yang biasanya menyertai dan diganti dengan ribuan tangkai uba rampe yang dibagikan ke abdi dalem dan dibawa ke Kepatihan dan Puro Pakualaman.
Pantauan detikTravel di kompleks Kamandungan Lor atau Paltaran Keben, tidak ada abdi dalem yang memanggul gunungan. Gantinya ada sekitar 3000-an tangkai uba rampe. Sebagian dibawa ke Kepatihan dan sebagian lagi ke Pakualaman dengan menggunakan mobil bak terbuka.
"Maulid Nabi dengan format disesuaikan dengan situasi pandemi. Grebeg itu satu tahun tiga kali, pertama Grebeg Syawal, Grebeg Besar, dan sekarang Grebeg Maulud juga dilaksanakan seperti ini," kata Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridho Mardowo Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro, Kamis (29/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya sebelum upacara Grebeg Maulud, rangkaian peringatan Maulud Nabi akan diawali dulu dengan ditabuhnya gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu di Bangsal Pagongan yang berada di halaman Masjid Gede Kauman.
Selama gamelan dibunyikan, masyarakat akan berdatangan untuk menyaksikan. Biasanya pula banyak pedagang sego kuning (nasi kuning) dan kinang (daun sirih) serta endog abang (telur rebus diwarnai merah).
![]() |
Perbedaan lain, lanjutnya, kalau Grebeg Maulud biasanya Ngarsa Dalem membagikan udik-udik tau uang koin kepada masyarakat. Tapi dalam kondisi pandemi, hanya dibagikan uba rampe gunungan dalam bentuk rengginang.
"Dibagikan uba rampe ke abdi dalem berupa rengginang. Ngarso Dalem juga membagian koin ugik-ugik yang dibungkus satu-satu untuk abdi dalem," jelasnya.
"Untuk masyarakat karena masih pandemi kalau terjadi kerumunan massa kan bertentangan dengan protokol pandemi, grebeg ini tidak dibuka untuk umum," sambungnya.
Uba rampe
Foto: Jauh Hari Wawan S
|
Pembuatan uba rampe sampai tiga hari
Kendati dilakukan terbatas, menurutnya tidak akan mengubah esensi dari grebeg itu sendiri. Yaitu sebagai perwujudan sedekah Raja.
"Esensinya tetap ada karena grebeg itu sedekah Raja," terangnya.
Proses pembuatan 3.000 uba rampe memakan waktu tiga hari. Termasuk pembuatan dan pengeringan rengginang.
"Sebelum dibagikan, utusan dalem membawa uba rampe ke Kepatihan dan Puro Pakualaman. Untuk Koco PenguIon sowan ke sini dan ngambil di sini (Keben)," urainya.
Rengginang dipilih sebagai bahan uba rampe karena dianggap memiliki esensi tersendiri. Menurutnya, hanya pada saat seperti ini rengginang dengan bentuk daN format berbeda dibuat.
"Gunungan kan isinya macem-macem. Ada hasil bumi dan sebagainya. Cuma kita pilihkan rengginang karena ini sangat tradisional. Dalam artian kalau tidak ada gerebek itu tidak ada yang buat. Khusus rengginang dengan format pewarnaan sedemikian rupa kan tidak ada," pungkasnya.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum