Hostel-hostel di Selandia Baru sedang banting harga. Mereka juga menambah kamar privat untuk menarik tamu. Mereka sangat butuh uang untuk bisa bertahan.
Di masa pandemi COVID-19, para pengusaha hostel di Selandia Baru berpikir keras untuk bisa bertahan. Mereka pun memangkas harga sewa secara gila-gilaan, sambil berharap ada tamu yang datang.
Brett Duncan, salah seorang pemilik hostel, sekaligus Ketua Asosiasi Hostel Selandia Baru, menyatakan turunnya tingkat okupansi membuat harga hostel jatuh hingga ke jurang. Tingkat okupansi secara nasional dari bulan Juni hingga September saja cuma 32% dibanding tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rata-rata harga sewa untuk musim dingin adalah sekitar NZ$ 38 (setara Rp 364 ribuan) untuk harga termurahnya. Sekarang, harganya dipotong hingga setengahnya, sekitar NZ$ 21 (setara Rp 200 ribuan) saja.
"Jika okupansi kami 100%, selama 365 hari setahun, kami butuh harga NZ$28 (Rp 270 ribuan) per ranjang untuk bisa impas," terang Duncan, seperti dikutip dari Stuff New Zealand, Selasa (10/11/2020).
Itu berarti harga jual mereka masih lebih murah dibandingkan harga BEP (Break Even Point) mereka. Itu sebabnya beberapa pemilik hostel, seperti Duncan memutuskan untuk menutup tempat usaha mereka, seperti Adventure Q2 Hostel, Taupo Urban Retreat hingga Kaikoura Dusky Lodge.
Duncan kini tinggal berharap pada Travel Bubble antara Australia dan Selandia Baru agar segera beroperasi optimal. Harapannya akan ada tamu yang datang dari Travel Bubble itu.
"Pasar Australia sangatlah besar dan akan membuat perbedaan besar apakah bisnis kami ini akan bertahan atau tidak," Duncan menambahkan.
Sementara itu, pemilik hostel di Selandia Baru lain bernama Belinda Hargreaves, mengatakan hostel miliknya cuma punya okupansi 12% saja. Dia sampai merumahkan karyawannya, karena sejak bulan Maret mereka sudah tidak menerima gaji.
"Kami tidak bisa berbuat banyak tentang bisnis ini bila perbatasan tidak dibuka. Jika perbatasan dibuka, semuanya akan kembali normal," kata dia.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia