Simalakama Liburan Nataru 2020 dan Kenaikan COVID-19

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Simalakama Liburan Nataru 2020 dan Kenaikan COVID-19

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Kamis, 17 Des 2020 07:11 WIB
eorang seniman melukis mural di kolong Tol Wiyoto Wiyono, Jakarta Timur, Rabu (2/12/2020). Nantinya akan ada 100 tiang TOL yang akan dimural dengan gambar protokol kesehatan.
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Jakarta -

Libur natal dan tahun baru (Nataru) sudah di depan mata, tak sedikit traveler yang sudah ancang-ancang liburan. Tapi, traveling menjadi simalakama di tengah pandemi virus Corona.

Berkaca pada periode liburan sebelumnya, libur nataru atau akhir tahun berpotensi menjadi kenaikan kurva positif COVID-19. Contohnya saat momen libur panjang di bulan Agustus dan Hari Raya Maulid pada akhir Oktober lalu yang hampir mencapai seminggu, di mana membuahkan kenaikan kurva pada dua pekan setelahnya.

Berdasarkan data Kemenko Marves per 11 November 2020, kontribusi provinsi pada mortalitas nasional dua minggu pascalibur panjang Oktober di delapan dan lima provinsi mengalami penurunan, apabila dibandingkan dua minggu pasca-libur panjang Agustus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Per 9-15 September kontribusi nasional terhadap penambahan kasus di delapan provinsi mencapai 77,8%, dan lima provinsi 13,4%. Sementara hampir dua minggu setelah libur panjang akhir Oktober penambahan kasus di delapan provinsi mencapai 63,4% dan lima provinsi 14,4%.

"Kalau kita lihat per 11 November total kasus terjadi kenaikan cukup banyak juga, tapi tidak sebanyak pada libur panjang bulan Agustus. Saya kira cukup berhasil juga teman-teman sekalian melakukan penanganan ini, karena sudah mau dua minggu (pascalibur panjang)," kata Luhut dalam rapat tersebut.

ADVERTISEMENT
Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Wiku AdisasmitoJubir Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito (Satgas Penanganan COVID-19)

Walau terjadi penurunan tren, tapi tidak dapat dipungkiri kalau momen liburan selalu berbuah peningkatan kasus. Hal itu juga diungkapkan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan COVID-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (15/12) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

"Sudah jelas berdasarkan data, kita sudah sama-sama mempelajari, bahwa setiap liburan yang meningkatkan mobilitas penduduk akan mengakibatkan lonjakan kasus pada 2 hingga 4 minggu setelahnya," jelas Wiku.

Selanjutnya: Mobilitas perjalanan dan transmisi COVID-19

Ditambahkan oleh Profesor Wiku perjalanan itu sejatinya tidaklah berbahaya. Tapi, akan jadi masalah ketika dilakukan oleh seseorang yang berasal dari zona merah atau daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi.

"Perjalanan tidak selalu berbahaya, namun orang yang berasal dari daerah beresiko transmisi tinggi berpotensi membawa penyakit ke daerah yang mereka tuju," tutur Wiku.

Melihat peta zona merah di Indonesia yang kini lebih meluas ketimbang di awal periode tahun ini membuktikan, bagaimana mobilitas penduduk dari dan melewati zona dengan tingkat infeksi COVID-19 tinggi terjadi. Tren itu pun kian meningkat, seiring dengan mengendurnya PSBB atau pembatasan di kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya.

"Saya menghimbau masyarakat, jika perjalanan yang akan dilakukan tidak mendesak, diharapkan tidak melakukannya," jelasnya.

Sementara dari studi Chun Chang et al 2020, mengenai dampak mobilitas penduduk terhadap wabah di Taiwan, ditemukan bahwa waktu, durasi dan tingkat pembatasan perjalanan memiliki andil dalam menentukan besar jumlah kasus.

Selanjutnya: Janganlah merasa terlalu percaya diri bebas COVID-19

Kini, momen libur akhir tahun tinggal menghitung hari. Tren COVID-19 di Indonesia jauh dari usai, malah masih terus naik dan menembus rekor baru setiap harinya.

Hanya harus diakui, masyarakat Indonesia tampaknya antara menutup mata atau acuh dengan fakta yang ada di lapangan. Tak sedikit juga yang merasa kebal akan COVID-19.

"Walaupun ada masyarakat yang merasa sudah aman karena berhasil melewati hari-hari tersebut tanpa COVID-19, itu hanyalah keamanan yang palsu. Semakin tinggi mobilitas, semakin tinggi kita tertular atau lebih parah lagi menulari orang-orang yang kita sayangi," ujar Wiku.

Oleh karena itu, masyarakat diharapkan mampu mengenali jenis mobilitas dan kegiatan yang akan dilakukan. Alangkah baiknya apabila traveler tidak menuruti ego dan memilih yang terbaik saat libur akhir tahun ini.

Di lapangan, tak sedikit juga daerah yang mengingatkan traveler untuk tidak liburan. Sebut saja Bali dan Bandung yang mewajibkan PCR/SWAB dan Rapid Antigen, atau Solo yang bersikeras melarang warganya mudik.

Pemerintah pun ikut mengingatkan, yakni dengan mewajibkan calon penumpang menyertakan bukti PCR/SWAB dan Rapid Antigen jika bepergian naik pesawat atau kereta api hingga moda transportasi pribadi.

Hanya pada akhirnya, momen liburan akan selalu datang. Begitu juga dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah yang menyikapinya. Namun, mengatasi COVID-19 bukan perkara ego pribadi atau aturan Pemerintah. Melainkan komitmen bersama dari semua pihak, sesuatu yang mungkin sudah dilupakan sejak Indonesia merdeka.

Per hari Rabu ini (16/12/2020), Indonesia mencatat total 611.631 kasus COVID-19 dengan total pertambahan kasus sebanyak 6.388 kasus hari ini. Penambahan kasus terbanyak berasal dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Halaman 2 dari 3
(rdy/fem)

Hide Ads