Wisatawan Wajib PCR dan Rapid Antigen ke Bali, Pakar Epidemiologi: Tidak Efektif

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wisatawan Wajib PCR dan Rapid Antigen ke Bali, Pakar Epidemiologi: Tidak Efektif

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Kamis, 17 Des 2020 12:15 WIB
104 Warga Jalani Rapid Test Swab Antigen

Warga mengikuti tes swab rapid tes antigen di Walikota Jakarta Timur, Jakarta, Rabu (16/12/2020). Sebanyak 104 warga menjalani rapid tes swab antigen. hw
Foto: ilustrasi swab test di bandara (Agung Pambudhy/detikTravel)
Jakarta -

Mulai 18 Desember hingga 4 Januari 2020, wisatawan yang berkunjung ke Bali harus memiliki melewati tes PCR bagi perjalanan udara dan rapid test-antigen untuk perjalanan darat dan laut. Peraturan itu dinilai tidak efektif.

Traveler harus memiliki hasil swab PCR atau rapid antigen minimal H-2 sebelum keberangkatan. Kebijakan itu menuai pro dan kontra.

Bagi yang kontra, mayoritas mengeluhkan mepetnya pengumuman aturan itu. Sebab, traveler terlanjur memesan tiket penerbangan atau merencanakan perjalanan via darat dan hotel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut epidemiolog FKM UI, Pandu Riono, peraturan tersebut tidak efektif untuk meredam penularan virus Corona di libur akhir tahun.

"Tidak efektif, buat apa bikin tes apalagi bikin tes kebijakan yang tanpa dasar dan tanpa tujuan itu kan malah membebani masyarakat," kata Pandu saat dihubungi detikcom.

ADVERTISEMENT

Menurut Pandu, jika pemerintah ingin mengambil tindakan dalam meredam kasus Corona di akhir tahun maka cuti bersama yang harus dihapuskan. Jadi, libur hanya untuk hari raya natal, libur tahun baru dan tanggal merah.

"Bahwa mobilitas penduduk itu liburan panjang itu atau cuti bersama itu menimbulkan pergerakan penduduk. Pergerakan penduduk yang meningkatkan penularan. Jadi, gimana caranya? akar masalahnya kan cuti bersama, nah cuti bersamanya yang dihapuskan, bukan dibebani dengan testing testing," kata Pandu.

Pemerintah berperan penting dalam memberi imbauan kepada masyarakat. Jika edukasi yang diberikan kendor, maka masyarakat akan kembali abai terhadap protokol kesehatan. Testing pun tidak harus membebani masyarakat.

"Testing harus tinggi. Jadi, tes antigen tuh harusnya bagian dari pada program pemerintah karena murah dan mudah dilakukan. Jangan lagi disuruh masyarakat dibebani." kata Pandu.

Masyarakat pun harus memiliki kesadaran untuk melindungi diri dari penularan virus. Tentunya, dengan menerapkan protokol kesehatan secara baik dan benar.

"Sekarang nggak ada lagi yang melindungi masyarakat selain diri sendiri. Jadi, jangan tergantung sama kebijakan tapi tergantung sama diri sendiri. Selalu pakai masker kalau mau lakukan kegiatan. hanya itu cukup kok," dia menambahkan.

Selain Bali, DKI Jakarta berencana untuk menerapkan aturan serupa. DKI Jakarta sementara mengumumkan larangan membuat kerumunan saat libur Nataru.




(elk/fem)

Hide Ads