Selama pandemi virus Corona, tidak sedikit pesawat yang diparkir lebih lama. Rupanya, ada risiko kalau pesawat terbang lagi.
Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Boeing 737-500 Classic rute Jakarta-Pontianak di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (11/1/2021) sempat dikaitkan dengan usia pesawat yang sudah mencapai 26 tahun. Tapi, sejumlah pramugara dan pemerhati menyebut bukan usia pesawat yang menjadi fokus kemampuan pesawat, namun perawatan.
Sejumlah pemerhati penerbangan mengaitkan insiden itu dengan durasi parkir pesawat yang cukup panjang karena pandemi virus Corona. Ya, wabah COVID-19 telah mengakibatkan frekuensi penerbangan anjlok dan maskapai memilih untuk mengistirahatkan pesawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari BBC, sejatinya, masalah-masalah yang muncul saat pesawat parkir sudah dikenal di dunia penerbangan. Tapi, itu tadi, durasi parkir yang terlalu panjang karena pandemi virus Corona adalah hal baru.
Greg Waldron, editor pelaksana Asia untuk majalah penerbangan FlightGlobal, menyebut masalah baru dikenal juga karena pesawat yang diparkir itu model anyar sehingga belum ada catatan yang bisa menjadi rujukan.
Situasi pesawat parkir terlalu lama kemudian beroperasi lagi itu bukan tanpa risiko. BBC mengulasnya pada 25 Desember 2019.
"Setiap pesawat akan memiliki serangkaian instruksi khusus untuk pemeliharaan, tetapi belum pernah dilakukan dalam skala ini sebelumnya," kata Waldron.
Awas Serangga
Pesawat biasanya menjalani perawatan rutin agar siap terbang saat dibutuhkan. Sebagai gambaran penyimpanan Asia Pacific Airline Stiarge, yang memiliki fasilitas di Alice Springs, sebagai tempat parkir Cathay Pacific dan Singapura, mempekerjakan lebih dari 70 awak pemeliharaan.
Selain itu, setiap produsen pesawat juga menyertakan instruksi yang cukup detail tentang penyimpanan masing-masing pesawat.
Faktanya, Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa (European Union Aviation Safety Agency/EASA) menyebut adanya tren yang mengkhawatirkan dalam laporan pembacaan kecepatan dan ketinggian yang tidak sesuai selama penerbangan pertama setelah pesawat diparkir. Bahkan, dalam beberapa kasus pesawat batal terbang.
Baca Juga: Pandemi Corona Bikin Pesawat Berebut Ruang Parkir
Pesawat yang batal terbang itu setelah mendapati data kecepatan dan ketinggian tidak sesuai. Situasi seperti itu muncul akrena sensor yang kotor. Bisa jadi karena ad serangga atau kotoran lain yang menghambat pitot tube (tabung pitot). Tabung pitot merupakan komponen utama yang digunakan untuk mengukur kecepatan udara.
Selain itu, cukup banyak dilaporkan masalah pendaratan. International Air Transport Association (IATA) melaporkan terjadi peningkatan pendaratan yang tak mulus tahun ini. Itu mengakibatkan pendaratan kasar, landasan pacu melampaui batas (pesawat tergelincir keluar), atau bahkan tabrakan.
Selanjutnya Potensi Korosi Pesawat yang Parkir Kelamaan
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol