Berbagai sektor industri dihantam telak oleh pandemi COVID-19, termasuk dunia penerbangan. Sebanyak 18.000 pilot di Eropa terpaksa kehilangan pekerjaan.
"Mengerikan! Ini adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan dampak pandemi kepada pekerjaan pilot di Eropa," ungkap Otjan de Bruijn, Presiden European Cockpit Association (ECA), organisasi yang menaungi pilot-pilot di Eropa, seperti dilansir detikcom dari Euronews, Kamis (4/2/2021).
Pernyataan de Bruijn itu bukan tanpa dasar karena menurut perkiraan ECA, ada kurang lebih 18.000 pekerjaan pilot di Eropa yang lenyap dari total sekitar 65.000 pekerjaan yang tersedia sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu tentu saja kabar buruk bagi profesi pilot. Penyebabnya tentu saja pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai.
"Kami sudah pernah menghadapi krisis sebelumnya, kemunduran ekonomi pada 2008, 9/11. Kami terbiasa dengan sifat alami industri ini yang 'volatil' naik turun. Tapi pandemi COVID-19 ini terjadi dengan tiba-tiba, mengejutkan dan secara menyedihkan, menyebabkan naiknya kurva pengangguran di antara pilot-pilot Eropa," jelas de Bruijn.
Banyak pilot Eropa pun banting setir setelah di-PHK oleh maskapai tempatnya bekerja. Contohnya Patrick Pawelczak, mantan pilot maskapai Go2Sky yang kini banting setir jadi tukang antar barang untuk Amazon hingga jadi kuli bangunan. Semuanya dia kerjakan demi menyambung hidup.
Menurut data ECA, satu dari lima pilot Eropa mengalami permasalahan dengan kontrak pekerjaan mereka sebelum pandemi. Banyak pula pilot Eropa yang pulang kampung dari Asia maupun Timur Tengah karena krisis yang dialami oleh maskapai tempat mereka bekerja.
Tanja Harter, Direktur Teknis ECA pun memperingatkan bahwa tekanan juga masih akan dialami oleh para pilot yang masih bertahan dengan pekerjaannya. Mereka dipaksa berpikir keras bagaimana untuk tetap mempertahankan pekerjaannya itu.
"Saya pikir tujuan utama adalah untuk memangkas pendapatan hingga 20% untuk jangka panjang, sementara di waktu yang bersamaan jam kerja bertambah dan memperlemah perjanjian kerja yang dilakukan secara kolektif," pungkas Harter.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum