Langit di Eropa selatan mendadak viral. Serasa senja sepanjang hari, warna langitnya menjadi oranye.
Dilansir dari Forbes, fenomena ini dikenal dengan nama Sahara Dust. Ini adalah fenomena meteorologi saat debu dari Gurun Sahara terbang ke Eropa.
Sahara Dust dibawa bersama dengan massa udara selatan hangat yang disebut Foehn. Fenomena ini memang biasa terjadi setiap tahun, tapi kali ini angin Sahara lebih kuat dari biasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi kok bisa sih? Menurut SRF Meteo, pasir tersebut kebanyakan berasal dari barat laut Afrika, wilayah yang terdiri dari Mauritania, Mali, dan Aljazair. Sebagian besar pasir mengapung di udara pada jarak antara 2-5 km dari tanah.
![]() |
Dibutuhkan 2-7 hari untuk debu agar bisa menyebar dari gurun ke Eropa. Partikel besar akan mendarat di tanah sedangkan yang terkecil tetap di udara dan melanjutkan perjalanan ke arah utara.
Eropa bagian selatan menjadi yang pertama mengalami Sahara Dust. Saat ini, Sahara Dust sudah menyelimuti Swiss, Pegunungan Alpen, Lyon di Prancis.
Seisi kota berwarna oranye. Warga berbondong-bondong untuk menyaksikan fenomena ini dan mengabadikannya. Media sosial pun ramai dengan pemandangan Sahara Dust.
Langit seakan sendu. Debu Sahara berterbangan menutupi langit Eropa. Kalau angin terus-terusan kencang, maka Sahara Dust diperkirakan akan sampai ke Inggris juga.
Meski terlihat indah, namun Sahara Dust berdampak buruk, khususnya Pegunungan Alpen. Dari sebuah studi di tahun 2019 yang berjudul Peristiwa Debu Sahara di Pegunungan Alpen berperan dalam pencairan salju dan karakterisasi geokimia.
![]() |
Makalah tersebut menyimpulkan bahwa debu Sahara mengurangi durasi tutupan salju di Eropa.
Melalui proses yang disebut umpan balik albedo salju, debu menggelapkan salju sehingga kurang efektif dan menyebabkan peningkatan pencairan salju seiring waktu.
Itu baru soal salju, Sahara Dust rupanya juga dapat berperan mengangkut mikroorganisme ke Eropa. Dari studi tahun 2011 yang diterbitkan oleh Microbes Environment menemukan bahwa komunitas bakteri di Salju Alpen gletser Mont Blanck kemungkinan besar terkontaminasi karena pengangkutan debu Sahara.
Sementara di era pandemi Covid-19, pengangkutan debu bakteri dan mikroorganisme tentu saja akan membawa hal baru yang harus diamati. Cantik sih, tapi Sahara Dust ngeri juga, ya.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol