Punya adrenalin tinggi? Coba river tubing di salah satu sungai terpanjang kedua di Jawa, Sungai Brantas. Sungai ini memanjang sejauh 320 km yang hulunya di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu hingga berakhir di Surabaya dan Sidoarjo.
Sungai Brantas konon sudah ada sejak zaman dahulu kala menjadi jalur beberapa kerajaan besar yang pernah ada di Jawa. Salah satunya adalah kerajaan Majapahit yang menggunakan Sungai Brantas sebagai penghubung wilayah.
Walau Sungai Brantas terkenal dengan arusnya yang cukup deras, tetapi salah satu desa yaitu Desa Minggirsari, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur memanfaatkannya sebagai area rekreasi. Rekreasi tersebut dinamakan Ngeliban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah buat yang ingin mencoba rekreasi ini, traveller bisa langsung mengunjungi Desa Minggirsari yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Blitar. Bila bepergian menggunakan pesawat udara, desa dengan luas kurang lebih 261 hektare ini bisa ditempuh dengan jarak 171 km dari Bandara Internasional Juanda di Surabaya atau 85 km dari Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang.
Jika traveller menggunakan kereta api bisa langsung turun di Stasiun Blitar dengan jarak dari stasiun tersebut ke Desa Minggirsari hanya berjarak kurang lebih 5 kilometer.
Untuk mencoba rekreasi ini, traveller tak perlu merogoh kocek yang banyak, yaitu hanya sebesar Rp 35.000. Harga tersebut sudah termasuk jasa ojek, minuman jahe, asuransi, property Ngeli (helm, pelampung, dan juga ban) dan pemandu. Idealnya atraksi ini untuk 5 orang membutuhkan 1 orang pemandu.
Mengambil start di sebelah baratnya pintu air Bendungan Serut di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, traveller akan diajak mengarungi Sungai Brantas selama 60 menit menggunakan ban dengan menempuh jarak sekitar 4 km.
Nantinya traveller juga akan istirahat di sebuah tempat yang dinamakan Watu-watu. Tempat ini merupakan bertemunya sungai dari kali Abab dengan Sungai Brantas. Di tempat ini banyak sekali ditemukan bebatuan sehingga dinamakan watu-watu yang artinya batu. Tempat ini juga pas sebagai tempat untuk foto-foto.
Setelah 15 menit beristirahat di tempat ini, traveller akan melanjutkan ngeli ke daerah Papringan, Desa Minggirsari. Di sini sudah tersedia berbagai fasilitas untuk membersihkan diri seperti toilet, MCK, Mushola. Tempat ini juga masih asri karena dikelilingi pohon-pohon besar.
"Ngeliban, saya terinspirasi setelah dari Goa Pindul di Yogya, Gunung Kidul di 2018. Kenapa diberikan nama 'Ngeli' agar menjaga nama-nama kearifan lokal. Kita orang desa dan menamakan 'Ngeli' bukan Keli, artinya menghanyutkan, sengaja, senang-senang. Kalau Keli itu terhanyut, bencana, dan sebagainya," ungkap Kepala Desa Minggirsari, Eko Hariadi kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Desa Minggirsari juga merupakan desa percontohan BRILian yang baru diresmikan beberapa bulan yang lalu. Dengan menjadi percontohan Desa BRILian, Desa Minggirsari pun ditargetkan bisa berkembang baik dalam hal pariwisata hingga ekonomi kreatifnya.
"Terkait percontohan desa BRILIAN kami sangat antusias, kami ingin belajar. Untuk kecamatan Kanigoro waktu itu pernah ada dari BRI meminta tolong kepada kami agar bisa berbagi pengalaman ke desa-desa lainnya dan ke BumDes lainnya khususnya desa Kanigoro," pungkas Eko.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(mul/ega)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda