Dihubungi terpisah oleh detikTravel, Kadispar NTB Lalu Moh. Faozal sadar betul akan kondisi pariwisata Lombok yang tengah mati suri. Ia pun membandingkan skala kerugian pariwisata akibat COVID-19 dengan gempa Lombok di tahun 2018 silam.
"Pariwisata kali ini di masa pandemi agak beda mitigasinya dengan bencana lain. Kita kayak gempa tahun 2018 mitigasi kita jauh lebih sederhana ketimbang COVID-19," pungkas Faozal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Apabila Gempa Lombok tahun 2018 membuat rusak banyak infrastruktur pendukung di destinasi wisata, pandemi COVID-19 disebut Faozal memberi dampak yang jauh lebih parah.
"Kalau ini kan orang juga membatasi, kita juga membatasi. Jadi realistis kita masih belum membuka mancanegara. Seperti itu kita belum bisa mengatakan pariwisata sudah pulih," ujarnya.
Menanggapi sepinya Lombok hingga sejumlah properti yang dijual di kawasan Senggigi, Faozal menyebut kalau hal itu baru saja terjadi tahun 2021 ini. Alasannya adalah karena tingginya biaya operasional yang tidak tercover oleh pemasukan.
"Kan ngeri itu, kalau for sale for rent itu mulainya awal tahun ini. Terutama mereka yang dari asing, itu yang paling banyak," pungkasnya.
Lebih lanjut, Faozal juga ingin mengingatkan bahwa pariwisata bukan hanya milik Bali. Ia pun ingin agar Kemenparekraf dan kementerian terkait lebih aktif dan merata untuk memulihkan pariwisata di Indonesia.
"Kita pengen pariwisata bukan hanya Bali, kalau Bali saja yang didukung oleh Kemenparekraf ini yang lain ya ingin," tutupnya.
Simak Video "Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!