Lombokku Sayang, Lombokku Malang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Lombokku Sayang, Lombokku Malang

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Senin, 29 Mar 2021 05:51 WIB
Senggigi setahun setelah pandemi (27/3)
Salah satu nasib hotel di kawasan Senggigi yang tampak memprihatinkan (Randy/detikTravel)
Lombok Tengah -

Pulau Dewata Bali bukan satu-satunya yang terdampak oleh pandemi COVID-19. Demikian juga dengan tetangganya, Lombok di NTB.

Sudah setahun lebih pandemi menghantui Indonesia, di mana hal itu juga paling dirasakan oleh para pelaku di sektor pariwisata. Tak berbeda jauh dengan nasib tetangganya Bali, Lombok yang juga bergantung pada pariwisata turut senasib sepenanggungan.

Lesunya pariwisata Lombok disaksikan langsung oleh detikTravel kala berkunjung ke sana Sabtu pekan lalu (27/3). Pada kesempatan itu, tim detikTravel menyusuri sejumlah destinasi populer Lombok seperti Mandalika, Mataram, Senggigi hingga Gili Trawangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dimulai dari Mandalika yang merupakan destinasi super prioritas serta venue perhelatan bergengsi MotoGP bulan Oktober mendatang. Terlihat pembangunan yang terus dikebut, dari sirkuit, hotel hingga sejumlah infra pendukung seperti jalan dan lainnya.

Kala Minggu pagi kemarin (28/3), tampak wisatawan nusantara, warga lokal dan sedikit turis asing yang berkegiatan di tepi pantai. Namun, jumlahnya masih tidak signifikan.

ADVERTISEMENT
Kawasa Mandalika dari udara.Kawasan Kuta Mandalika dari udara pada Minggu pagi yang tampak lengang (28/3) (Wisnu/20detik)

Bertolak ke Mataram yang menjadi pusat pemerintahan, kondisi jalanan begitu lengang. Tiada turis asing yang terlihat, hanya masyarakat setempat yang berkegiatan.

Dari Mataram, perjalanan dilanjutkan ke kawasan wisata pantai populer Senggigi di Lombok Tengah. Memasuki kawasan tersebut, perlahan tampak citra menyedihkan dari destinasi yang dahulu begitu populer di kalangan turis.

Selain rumah makan dan mini market yang tutup, pemandangan umum adalah tulisan For Sale hingga For Rent yang menghiasi sejumlah villa hingga hotel yang bertebaran di pinggir jalan.

Mayoritas villa hingga hotel yang dibubuhi tulisan itu, tampak tak terurus dan ditinggalkan begitu saja. Apabila menoleh ke kawasan perbukitan yang berada di sepanjang jalan Senggigi, panorama villa dan hotel kosong adalah hal biasa di Lombok kini.

Itu baru villa dan hotel yang ditinggalkan, ada juga pembangunan hotel di tepi pantai yang tampak mangkrak dan berhenti. Lombok yang dulu hidup dari pariwisata, kini tengah mati suri akibat COVID-19.

Sedihnya lagi, suasana serupa juga didapati di Gili Trawangan yang sedianya menjadi surga bagi para turis asing yang bosan dengan hingar bingar Bali.

Selanjutnya: Respons Kadispar NTB

Dihubungi terpisah oleh detikTravel, Kadispar NTB Lalu Moh. Faozal sadar betul akan kondisi pariwisata Lombok yang tengah mati suri. Ia pun membandingkan skala kerugian pariwisata akibat COVID-19 dengan gempa Lombok di tahun 2018 silam.

"Pariwisata kali ini di masa pandemi agak beda mitigasinya dengan bencana lain. Kita kayak gempa tahun 2018 mitigasi kita jauh lebih sederhana ketimbang COVID-19," pungkas Faozal.

Kadispar NTBKadispar NTB Lalu Moh. Faozal (Randy/detikTravel)

Apabila Gempa Lombok tahun 2018 membuat rusak banyak infrastruktur pendukung di destinasi wisata, pandemi COVID-19 disebut Faozal memberi dampak yang jauh lebih parah.

"Kalau ini kan orang juga membatasi, kita juga membatasi. Jadi realistis kita masih belum membuka mancanegara. Seperti itu kita belum bisa mengatakan pariwisata sudah pulih," ujarnya.

Menanggapi sepinya Lombok hingga sejumlah properti yang dijual di kawasan Senggigi, Faozal menyebut kalau hal itu baru saja terjadi tahun 2021 ini. Alasannya adalah karena tingginya biaya operasional yang tidak tercover oleh pemasukan.

"Kan ngeri itu, kalau for sale for rent itu mulainya awal tahun ini. Terutama mereka yang dari asing, itu yang paling banyak," pungkasnya.

Lebih lanjut, Faozal juga ingin mengingatkan bahwa pariwisata bukan hanya milik Bali. Ia pun ingin agar Kemenparekraf dan kementerian terkait lebih aktif dan merata untuk memulihkan pariwisata di Indonesia.

"Kita pengen pariwisata bukan hanya Bali, kalau Bali saja yang didukung oleh Kemenparekraf ini yang lain ya ingin," tutupnya.



Simak Video "Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads