Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merupakan salah satu penghasil kopi. Salah satunya di wilayah Kecamatan Kaliangkrik dengan jenis kopi arabika yang telah diterima baik pasar domestik maupun mancanegara.
Dalam kunjungannya di Kabupaten Magelang, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sempat menuju ke Dusun Pengkol, Desa Ngawongo, melihat potensi budidaya kopi arabika. Selain itu, pengunjung bisa belajar tentang kopi di dusun tersebut. Lokasi ini persisnya berada di lereng Gunung Sumbing.
Di dusun ini, pengunjung bisa melihat kebun, panen kopi, belajar pengolahan kopi secara baik hingga bisa mencicipi seduhan kopi arabika. Kopi arabika yang ada di dusun ini terbilang istimewa sekali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pegiat kopi Dusun Pengkol, Rinto mengatakan, tanaman kopi ditanam pada tahun 2012 untuk mengurangi tanaman tembakau. Saat itu, kopi yang ditanam petani berkisar 70 ribu pohon. Kemudian, sekarang yang telah berproduksi sekitar 25 ribu hingga 30 ribu pohon.
![]() |
"Kopi ini kami tanam di tahun 2012 dalam rangka mengurangi tanaman tembakau. Jenisnya Arabika karena ketinggiannya untuk jenis Arabika. Teman-teman disini (Pengkol) bilang rasa rujak, kompleks ada manis, asam, kecut jadi satu kayak buah-buahan namanya rujak. Ada sayuran, ada tembakau juga," katanya kepada wartawan di sela-sela menerima kunjungan Menparekraf Sandiaga Uno, Sabtu (3/4/2021).
"Kebun kami dari ketinggian 1200 sampai 1600 mdpl. Dulu tanaman 70 ribu pohon, kalau sekarang yang sudah produktif di angka 25 ribu sampai 30 ribu pohon," ujarnya.
Pihaknya menuturkan, usaha yang dilakukan atas nama kelompok tani, kemudian yang mengelolanya. Untuk itu, menampung semua produk kopi dari petani yang tergabung dalam kelompok maupun lainnya. Kemudian, diproses dan diberi branding nama Kaliangkrik untuk dijual kepada publik.
"Ini kami atas nama kelompok tani, terus yang mengelola saya untuk tempat-tempat ini. Jadi saya menampung semua produk-produk petani yang tergabung dalam kelompok tani maupun yang lain. Kami proses, kami branding dengan nama Kaliangkrik untuk dijual ke publik. Dan nama kelompok taninya masih dicantumkan, Kelompok Tani Mekar Lestari," ujar dia.
Untuk penjualan kopi tersebut, katanya, telah dijual di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, juga sudah masuk menuju pasar luar negeri seperti Ukraina, Mesir, Swedia, Finlandia dan Kanada.
"Kalau seluruh Indonesia, 'kami yang belum pernah kirim cuma ke Papua'. Kalau luar negeri dibawa teman-teman itu ke Ukraina, Mesir, Swedia, Finlandia dan Kanada," tuturnya.
![]() |
Rinto menceritakan, pada pandemi sempat berdampak karena harus menyerap semua hasil panenan dari petani dan dibutuhkan modal yang banyak. Namun demikian, sekarang sudah perlahan mulai normal kembali.
"Pandemi sempat terasa (dampaknya) ketika saya harus menyerap semua panenan petani, di situ modal butuh tinggi, namun sekarang sudah mulai perlahan sudah mulai berjalan normal lagi," ujarnya seraya menyebut marketing via akun instagram @kaliangkrik_javacoffee, itu.
Kelebihan lainnya, kata Rinto, kualitas kopi mulai dari petik matang, kemudian sampai pascapanen benar-benar telah berstandarisasi.
"Kalau menurut kami kelebihannya di kualitasnya dari petik matang, sampai pasca panen bener-bener terstandarisasi. Kami mesin roasting," ujar dia.
Sementara itu, Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, kopi Kaliangkrik memiliki rasa aroma yang spesial. Hal ini karena arabika ditanam dengan ketinggian yang cukup sehingga mendapatkan kualitas yang luar biasa.
"Kopi Kaliangkrik ini rasanya memiliki aroma yang sangat spesial karena Arabika dengan ketinggian yang cukup tinggi sehingga mendapatkan kualitasnya yang luar biasa," kata Sandi.
"Tadi, saya coba yang single origin, terasa tidak asam sama sekali, tapi sebagai pecinta kopi, saya yakin original Kaliangkrik ini bisa ditingkatkan menjadi pemain kelas dunia," tuturnya.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!