Banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari sebuah perusahaan otobus, salah satunya dari PO SAN. Soal risiko besar penumpang gelap bus.
Mula-mula, Kurnia Lesani Adnan, Direktur Utama PT. SAN Putra Sejahtera (PO. SAN), menceritakan tentang banyak sekali PO-PO yang zamannya bapaknya, era 70-80-90an, pernah lahir dan tumbang. Alasannya, karena profesionalisme.
"Generasi ke sekiannya tidak disiapkan untuk profesional. Boleh dikroscek dengan pengemudi yang pernah bekerja di SAN, apa kesannya, pasti ketat dan disiplin," kata Sani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami bisa pastikan kru kami memiliki integritas dari pada kru-kru lainnya," dia menambahkan.
Sani tidak pandang bulu. Dia mencontohkan ada anggota keluarga besar yang bekerja di PO SAN, namun karena tak mengikuti aturan ia dikeluarkan.
"Kalau di sini, aturan harus ditegakkan karena profesionalisme. Adik ibu saya, paman, yang ikut membangun PO SAN dan dia sebagai pengemudi tak bisa menjalankan lima hal di atas harus dikeluarkan dari perusahaan," kata Sani.
"Itu pintu keluar. Mau keluar baik-baik atau saya tendang keluar? Tidak ada yang namanya adik, saudara segala macam. Tegas garisnya," dia menegaskan.
Contoh kedua tentang profesionalisme dan kedisiplinan adalah soal menaikkan penumpang gelap bus di luar manifest penjualan. Jika melanggar, sopir atau pengemudi bus bisa kena sanksi keras.
"Saudara saya mau naik bus, gratis, eh saya si anu kamu kenal kan. Nggak berani perwakilan, itu harus ACC dari direksi. Jelas rule-nya," kata Sani.
"Lalu ada pengemudi bawa-bawa kawan, bukan berarti tak boleh bawa ya, ada prosedur yang harus dilakukan. Saya sikat. Kita kasih kebijakan dan itu harus tercatat di manifest," kata dia.
Ada alasan kuat mengapa sopir atau pengemudi bus tak boleh menaikkan penumpang gelap. Ada risiko sangat besar di sana yang bisa merembet ke mana-mana.
"Kenapa, ada risiko di situ. Pengemudi bawa bus dan mengajak temannya," kata Sani.
"Lagi di jalan dan ada pelemparan batu dan kena kepala, bocor, sobek, atau mata saya pecah yang tanggung jawab siapa, sopir atau PO? Itu yang kami tekankan pada internal kami," dia menegaskan.
Sani lalu menyinggung tentang pengusaha-pengusaha yang ada, hadir, dan lahir dari value bisnis. Mereka bisa terlihat dari pola pelayanan perusahaannya, cara manajerialnya, kualitas pelayanannya.
"Jadi kalau pengusaha perusahaan otobus menjalankan dengan empati bukan hanya bisnis bakal terasa berbeda. Karakter krunya pun juga beda dalam bekerja," kata dia.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol