Segala cara dilakukan suatu perusahaan demi menghemat biaya operasional. Salah satunya dilakukan PO SAN yang membangun kembali bus dari sebuah bangkai.
Kata Kurnia Lesani Adnan, direktur utama PT. SAN Putra Sejahtera (PO SAN), proses yang mereka lakukan bernama remanufacturing. Perusahaan ini melakukannya selama lima tahun.
"Belakangan ini kami melakukan peremajaan-peremajaan. Karena pada saat dari tahun 2007-2012 kami banyak melakukan remanufacturing. Jadi waktu itu ada beli bangkai-bangkai bus," kataSani beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami lakukan remanufacturing, kami manufactur ulang, mesinnya kami swap pakai mesin China, kaki-kakinya masih aslinya. Kami upgrade bikin bodi baru," dia menambahkan.
Meski demikian, bus-bus dari bangkai itu masih membawa surat-suratnya yang lama. Bus itu ada yang keluaran tahun 80-an sampai 90-an.
"Paling muda tahun 1995 waktu itu dan regulasinya masih mengizinkan atau belum membatasi tahun," kata Sani.
Pembatasan remanufactur
Oleh karena aktivitasnya ini PO SAN menjadi satu-satunya operator bus yang bisa me-remanufaktur sendiri. Tapi, pada tahun 2016 ada regulasi yang membatasinya.
"Masuk tahun 2016, Pak Jonan menegaskan pembatasan tahun, di SPM mobil itu mulai kena pembatasan umur kendaraan. Satu-satunya PO di Indonesia yang bisa remanufactur sendiri adalah PO SAN," Sani menegaskan.
Dalam me-remanufaktur PO SAN memotong-motong sasis bus. Semua barang dipindah yang mula-mula ada di atas atap bus menjadi di kolong semuanya.
"Saya itu sasis saya potong dari tabular saya bikinkan space frame. Jadi semua barang, kalau sekarang kalau masih ada muat barang di atas, kalau saya nggak, semuanya ada di kolong," kata Sani.
"Jadi sasis itu kan ada tiga mode, modular frame, space frame, dan bogie frame. Dulu umumnya SAN pakai sasis modular yang panjang," dia menambahkan.
"Kami lakukan modifikasi wheel disc tengah-tengah dipotong dibikin space frame. Sehingga space bagasi lebih besar," kata dia lagi.
Oleh karena hal di atas, sejak tahun 2006, PO SAN itu pelan-pelan meninggalkan bagasi atap bus. Bagasi kolong mereka sudah besar, kurang lebih 7,5 kubik.
"Kita juga lebih hemat ban karena gaya center of gravitasinya lebih rendah. Itu pada dasarnya meningkatkan kenyamanan, barang penumpang lebih banyak dan aman," dia menjelaskan.
"PO SAN ke depan diprogramkan memakai mobil premium. Karena nanti kalau sudah tol to tol engine-engine kecil sudah tidak mumpuni, pecah dihajar tol. Kita harus pakai big engine 300 ke atas horse power," Sani menambahkan.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol