PO SAN harus head to head dengan maskapai low cost carrier (LCC) dalam layanan rute ekstra panjang. Harga tiketnya hampir sama tapi begini hitung-hitungan jam perjalanannya.
Diketahui bahwa PO SAN memiliki trayek Pasir Pangarayan-Pekanbaru (lintas timur)-Tol Tran Jawa-Solo-Blitar. Berjarak hingga 2.400 kilometer, harga tiketnya mencapai Rp 700 ribu.
Lalu, setelah berapa tahun PO SAN menemukan dan membangun niche market itu? Perusahaan ini tak hanya membuka trayek begitu saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang kami building itu. Jadi, kami tarik orang-orang itu untuk menggunakan bus," ujar Kurnia Lesani Adnan, direktur utama PT. SAN Putra Sejahtera (PO SAN).
"Sebelum kami menjalankan trayek itu kami sudah survei dahulu. Ini jalur yang mau kita lewati yang mana, orang-orang di jalur ini apa saja pekerjaannya. Itu kita lakukan survei dulu. Baru kita masuk," dia menambahkan.
"Bukan karena nengok, 'Wah itu penumpang ramai!', main masuk saja nggak. Kita lakukan analisis dan pemetaannya. Sehingga pada saat kita masuk kita tahu, jalurnya yang ke mana, potensial marketnya gimana, segmen pasarnya apa," ujar Sani menambahkan.
Kata Sani, PO SAN bukan serta merta ikut orang ke barat jika ada yang ke barat dan sebaliknya. Mereka bisa bersaing dengan pesawat LCC karena sudah memegang pasarnya.
"Pada saat pesawat LCC ramai memang kami terimbas tapi kami survive. Karena kami punya dan pegang marketnya," kata Sani.
"Market orang-orang yang sulit menggunakan pesawat. Di antara provinsi itu tadi," Sani menjelaskan.
Lalu, ia pun menjelaskan perbandingan jam perjalanan jika seseorang menggunakan bus versus pesawat. Perlu dilihat bahwa perjalanan ini dari kabupaten.
"Contoh, orang dari Pasir Pangarayan mau ke Madiun. Dia harus ke Kota Pekanbaru selama empat jam kalau mau ke bandara dan naik pesawat. Anggap direct turun di Solo harus nyambung lagi lewat darat jika mau ke Madiun," Sani menerangkan.
"Penerbangan itu sekitar 2,5 jam itu sudah enam jam setengah. Turun Solo ini itu perjalanan ke Madiun butuh waktu tiga-empat jam lagi naik kendaraan," kata Sani.
"Dari sisi biaya belum tentu lebih murah. Dari sisi keribetan belum tentu lebih praktis. Itu saja bagaimana pikiran orang ke Tulungagung, Trenggalek juga Blitar. Itulah kenapa ada kita," dia menambahkan.
"Belum lagi bawa anak istri dan barang-barangnya. Apalagi sekarang sudah ada tol sampai mau masuk Palembang ini, perjalanannya lebih cepat delapan jam dari sebelumnya dengan nyeberang 2,5 jam," kata orang kedua PO SAN itu.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol