Gunung Gede Pangrango memang populer di kalangan pendaki. Selain medannya yang tak begitu sulit, nuansa alam yang indah kerap diburu wisatawan.
Akan tetapi di balik itu, ada juga orang-orang yang datang ke sana untuk tujuan tertentu. Misalnya mereka yang hendak mencari 'ilmu' atau ngalap berkah dari kekuatan yang dipercaya mendiami Gunung Gede Pangrango.
"Orang cari ilmu. Ngalap berkah. Ada yang mau ikut Pilkada, naik Gunung Gede dulu. Padahal bukan karena datang ke Gunung Gede nanti dapat jabatan karena itu semua datang dari Sang Pencipta, kan," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Wahju Rudianto kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai kepercayaan masyarakat yang mengantar mereka datang ke Gunung Gede Pangrango, Wahju tidak dapat mengintervensi. Hanya saja ia mengingatkan agar kegiatan yang dijalankan tidak sampai merusak ekosistem di TNGGP.
"Itu adat dan budaya. Yang pasti di kepercayaan kami di Muslim, jangan sampai menjadi kemusyrikan dengan mendapatkan sesuatu dari yang gaib-gaib," ujarnya.
"Kedua, mereka harus secara prosedural sehingga termonitor. Melakukan kegiatan tidak dengan merusak dan tidak menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya sehingga berdampak pada berita yang belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," ia melanjutkan.
Lebih lanjut, Polisi Kehutanan TNGGP menjelaskan datangnya masyarakat untuk mencari peruntungan ke Gunung Gede Pangrango memang tak dapat dilepaskan dari sejarah dan mitos. Salah satunya soal Alun-alun Suryakencana yang dipercaya menjadi tempat petilasan tokoh pendiri Cianjur yakni Arya Wira Tanu.
"Gunung Gede identik dengan hal-hal mistis karena sejarah dan mitos. Arya Wira Tanu itu pendiri Cianjur, petilasannya ada di Alun-alun Suryakencana," kata dia.
Senada dengan pernyataan tersebut, sejarawan sekaligus Sekretaris Lembaga Kebudayaan Cianjur (LKC) Luki Muharam, menjelaskan, Alun-alun Suryakencana dipercaya sebagai kediaman Raden H Suryakencana.
Raden Suryakencana merupakan anak dari pernikahan Raden Aria Wira Tanu atau yang lebih dikenal Dalem Cikundul (Pendiri Cianjur) dengan seorang putri jin Dewi Arum Sari.
"Dari penikahan Dalem Cikundul dengan putri dari raja Jin Islam saat bertafaqur di daerah Subang itu, lahir beberapa anak. Ada yang menyebutkan dua, ada punya yang mengatakan lebih. Tapi yang lebih dikenal dua, yakni Raden Suryakencana dan Sukaesih," kata Luki Sabtu (24/10/2020) silam.
Kemudian, Raden Suryakencana ditempatkan oleh kakeknya yakni Syeh Zubaedi di Gunung Gede Pangrango, sedangkan adiknya di Gunung Ciremai.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan