Tuk-tuk yang biasa menjadi tunggangan wisatawan di Thailand dikandangkan selama pandemi. Belum sempat bangkit, kendaraan khas negeri gajah putih itu makin hilang dari jalanan menghindari varian Delta virus Corona.
Dikutip dari AFP, Selasa (27/7/2021), Bangkok memang masih menerapkan jam malam dan larangan berkumpul. Pemerintah Thailand meminta warga Bangkok untuk tinggal di rumah.
"Wisatawan, para pekerja, mereka yang berbelanja, berkumpul dengan teman-teman adalah pelanggan kami. Kini mereka semua menghilang," kata sopir taksi Anuchit Surasit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria berusia 47 tahun itu baru saja memasukkan tuk-tuk ke dalam sebuah garasi di Bangkok barat. Dia memarkirkannya di antara ratusan tuk-tuk lain yang dipaksa libur panjang.
Kendati Amat menikmati menjadi sopir tuk-tuk, Anuchit mulai melirik pekerjaan lain. Tidak ada wisatawan dan pelanggan warga sekitar, pendapatannya turun menjadi hanya 300 baht atau sekitar Rp 130 ribu per hari.
Dia juga mempertimbangkan risiko tambahan, yakni tertular varian Delta yang sangat menular.
"Saya harus berhenti mengemudi untuk saat ini dan mencari hal lain untuk dilakukan karena pekerjaan ini terlalu berisiko saat ini," kata dia.
Pariwisata memang menyumbang seperlima dari ekonomi Thailand. Tapi, pandemi virus Corona telah membuat ekonomi negeri itu jauh lebih buruk ketimbang krisis moneter Asia 1997.
Asosiasi Operator Transportasi Thailand Wasuchet Sophonsathien menyebut sekitar 100.000 orang yang bekerja di sektor transportasi Thailand menganggur dan lebih dari setengah armada taksi metropolitan Bangkok tidak beroperasi.
"Saya merasa putus asa tetapi saya masih harus berjuang untuk kelangsungan hidup keluarga saya," kata Somsak Boontook, pengemudi 57 tahun.
Pemerintah telah menghadapi banyak kritik atas manajemen pandemi dan peluncuran vaksin yang lambat. Pekan lalu disetujui USD 920 juta dalam pendanaan untuk membantu bisnis Bangkok, termasuk di industri transportasi.
Wichai Supattranon, yang memulai bisnis transportasi dengan ibunya empat dekade lalu dan sekarang memiliki armada 60 tuk-tuk, seolah mati kutu. "Satu-satunya solusi yang bisa saya lihat sekarang adalah pemerintah bergerak maju dan membuka kembali negara sesegera mungkin," kata dia.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!