Bikin Promo buat yang Sudah Vaksin, Pemilik Toko Kue Bali Ini Dirisak Sesama Bule

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bikin Promo buat yang Sudah Vaksin, Pemilik Toko Kue Bali Ini Dirisak Sesama Bule

Femi Diah - detikTravel
Selasa, 27 Jul 2021 20:33 WIB
A mother and a teenaged girl are dressed in brightly colored sarongs, blouses, and sashes and are balancing tall fruit baskets on their heads. Two sons are dressed in sarongs and white shirts. The family is walking in front of an old stone temple building which has a smoky atmosphere.
Ilustrasi wisata Bali (Getty Images/Cheryl Ramalho)
Denpasar -

Bule-bule bandel di Bali dikeluhkan sesama bule, termasuk soal vaksinasi Covid-19. Sampai-sampai pemilik toko kue di Pulau Dewata ini di-bully gegara bikin promo buat yang sudah vaksin.

Dikutip dari Insider, Selasa (26/7/2021), pengalaman tidak menyenangkan itu dialami oleh Connor Hood. Dia membuka toko roti, Sinamon Bali, di Bali bersama istrinya, Restiyani Hood.

Pada tanggal 8 Juli, dia diberi tahu oleh salah satu karyawan pemasarannya. Ada cukup banyak komen di akun Instagram toko roti milik Hood.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya pada hari itu, Sinamon Bali, yang unya menu utama cinnamon roll, mengumumkan di Instagram bahwa mereka menawarkan kopi atau teh gratis kepada pelanggan yang belanja di tempat mereka dan menunjukkan bukti bahwa mereka telah memiliki setidaknya satu dosis vaksin Covid-19.

Eh, ternyata ada yang tidak senang dengan promo yang dibuat oleh Hood. Dia bahkan dikata-katai.

ADVERTISEMENT

"F--k ini kamu orang bodoh," begitulah komentar di akun Instagram Sinamon Bali.

"Kamu benar-benar bikin lelucon. Memberikan makanan berlapis gula, sementara 78 persen kematian Covid-19 memiliki masalah obesitas. Anda adalah masalahnya. Seekor domba berbaju serigala."

Komentar tersebut ditulis oleh Dave Driskell, seorang American CrossFitter dan influencer kebugaran dengan 93.000 pengikut Instagram. Dia bekerja di sebuah gym di Canggu di Bali.

"Dia sangat kasar kepada kami," kata Hood.

"Kami bahkan tidak memaksa orang untuk mendapatkan vaksin. Hanya memberikan kopi gratis untuk orang yang memilih untuk mendapatkannya," dia menambahkan.

Saat dikonfirmasi, Drriskell menolak untuk menanggapi tentang komentarnya. Dia kemudian menghapusnya, tetapi mengirimkan pernyataan tertulis.

"Sejak awal pandemi ini saya telah vokal tentang bagaimana kesehatan metabolisme sangat penting ketika virus dan penyakit muncul," bunyi pernyataan Driskell.

"Masalah besar ini saya percaya harus dijelaskan kepada publik dan bahwa dengan diet dan olahraga yang tepat kita dapat menjaga kesehatan dan masalah mengerikan yang menyertainya. Sebagai pelatih kesehatan dan kebugaran selama 11 tahun terakhir saya hanya ingin kesehatan bagi Indonesia dan seluruh dunia untuk bangkit kembali secepatnya," dia menambahkan.

Halaman berikutnya >>>> Banyak Driskell, bule antivaksin dan abaikan prokes, lain di Bali


Driskell hanyalah salah satu contoh orang asing yang secara terbuka mencemooh langkah-langkah Covid-19 atau antivaksin saat tinggal di Bali selama pandemi.

Setidaknya 78 turis dideportasi dari Bali pada paruh pertama tahun 2021, beberapa karena melanggar pembatasan COVID-19.

Siska Natalia, koordinator program di JED, jaringan ekowisata di Bali, mengatakan bule-bule bandel di Bali memang tidak sedikit. Mereka tinggal di Bali dengan seolah-olah sedang tidak berada dalam situasi pandemi. Itu menjadi cerita lanjutan banyak nomaden digital dan influencer yang kurang menghormati penduduk lokal dan menuntut harga rendah.

"Jika saya berbicara dengan teman-teman saya yang bekerja di hotel atau di restoran, mereka mengatakan mereka ingin memiliki pengunjung yang datang mungkin 20 atau 30 tahun yang lalu karena mereka berpikir bahwa mereka mungkin lebih berpendidikan dan lebih menghormati orang," kata Siska.

"Mereka lebih sopan dan tidak pelit, mereka memberi tip. Tapi dengan pengunjung yang mereka miliki sekarang, itu benar-benar berbeda. Orang-orang hidup seperti tidak ada pandemi sama sekali," dia menambahkan.

Seorang guru Bahasa Indonesia di Cangu, Daniel Prasetyo, juga memiliki kesaksian serupa.

"Orang hidup seolah-olah tidak ada pandemi sama sekali," kata Daniel.

Daniel, yang mengajar bahasa Indonesia buat bule-bule dari AS, Prancis, Brasil, dan negara lain, mengatakan beberapa kliennya ngotot untuk mengadakan kursus tatap muka di vila mereka.

"Ketika saya bilang kalau saya lebih suka kelas online, mereka mulai menjelaskan kepada saya kalau pandemi itu sebuah kebohongan, sebuah konspirasi global yang melibatkan Bill Gates dan 5G," kata Daniel.

Stuart McDonald, seorang penulis Australia yang tinggal di Bali selama 13 tahun dan menjalankan travel guide Travelfish, dan tinggal di dekat Canggu, menggambarkan daerah itu sebagai "salah satu pusat orang asing yang mengabaikan masker."

McDonald juga mendengar pengalaman teman-temannya yang tidak sekali atau dua kali mendengar pernyataan bule-bule lain yang tinggal di Ubud mendiskusikan tentang penggunaan sertifikat vaksinasi palsu.

"Ada barisan antivaksin yang kokoh dari bule-bule di sini, baik yang tinggal di Canggu atau Ubud atau di mana pun di Bali," kata McDonald.


Hide Ads