Tahan banting, itulah ungkapan yang untuk situs baru UNESCO ini. Diterpa angin dan air laut selama 400 tahun, mercusuar ini akhirnya akhirnya dapat perhatian.
Dilansir dari CNN, mercusuar yang masuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO itu bernama Corduan. Julukannya adalah Raja Mercusuar.
Cordouan dibangun pada akhir abad ke-16 dan berdiri di Samudra Atlantik di mulut muara Gironde di barat daya Prancis dalam "lingkungan yang sangat terbuka dan tidak bersahabat", menurut Komite Warisan Dunia UNESCO yang mengumumkan keputusannya pada hari Sabtu (24/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mercusuar ini dirancang oleh insinyur Louis de Foix, dan kemudian direnovasi oleh insinyur Joseph Teulere pada akhir abad ke-18.
Baca juga: Akhir Penantian Panjang Mumi Tertua Dunia |
Menggambarkannya sebagai "mahakarya sinyal maritim", komite UNESCO menambahkan: "Menara monumental Cordouan dihiasi dengan pilaster, kolom modillions dan gargoyle.
"Ini mewujudkan tahapan besar dari sejarah arsitektur dan teknologi mercusuar dan dibangun dengan ambisi untuk melanjutkan tradisi mercusuar kuno yang terkenal, yang menggambarkan seni membangun mercusuar dalam periode navigasi baru, ketika lampunya memainkan peran penting sebagai penanda teritorial dan sebagai alat keselamatan."
Peningkatan ketinggiannya pada akhir abad ke-18 dan perubahan pada ruang cahayanya pada saat yang sama juga patut diperhatikan, kata komite tersebut.
Mereka "membuktikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa itu. Bentuk arsitekturnya mendapat inspirasi dari model kuno, Renaisans Mannerisme dan gaya arsitektur khas dari sekolah teknik Prancis Ecole des Ponts et Chaussees".
Mercusuar, yang masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, adalah yang terakhir dihuni di Prancis dan merupakan mercusuar kedua setelah La Coruna di Spanyol yang memenangkan pujian dari badan kebudayaan PBB itu.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!