Tulisan 'Sugeng Rawuh' atau selamat datang dalam bahasa jawa akan menyambut setiap wisatawan yang hadir menginap di salah satu penginapan air panas di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Suara telepon pun akan berdering ketika ada wisatawan yang berencana akan menginap.
Namun, sambutan dan nada dering itu tidak juga bertaut. Penginapan sepi pengunjung.
Sejak tempat wisata ditutup, penginapan di Ciwidey mengalami penurunan pendapatan bahkan sepi pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dialami oleh Pondok Gembyang. Mereka terpaksa mengurangi jumlah karyawan karena tidak sanggup membayar upah. Bahkan, dengan terpaksa, sang pemilik harus menjual kendaraan pribadinya untuk menutup tunggakan tersebut.
"Mobil pribadi saya dijual buat nutupin hotel yang sepi. (Uangnya) Buat pegawai, bayar listrik, wifi dan pajak. Bingung udah gak ada tamu," keluh Pemilik Penginapan Pondok Gembyang Yanuar Ahmad Safari kepada detikcom saat dikunjungi di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Kamis (5/8/2021).
"Capek pak, berat pemeliharaannya. Apalagi ditambah PPKM seperti ini, jadi pengeluaran itu banyak banget sedangkan pemasukan sangat tidak ada," lanjutnya menceritakan.
![]() |
Yanuar pun menuturkan, menjual mobil pribadi saja belum cukup untuk menutup segala keperluan. Ia mengeluh, di tengah masa sulit ini, ia sering kali dihubungi oleh pihak pajak agar segera melunasi pajaknya. Selain pajak, ia pun harus mengatur uang untuk membayar biaya air panas.
"Tamu sepi, pihak pajak juga nelponin terus, boro-boro bisa buat bayar pajak kami, penghasilan juga minim," tuturnya.
"Kami kan menggunakan air panas alam, tiap bulan itu juga harus bayar ke Perhutani, itu setahun Rp 12 juta, kami bayar perbulan Rp 1 juta. Kami keberatan karena tamu tak ada, boro-boro buat bayar, itu gaji pegawai juga udah engap-engapan (susah payah)," lanjut Yanuar mengeluh.
Sekadar diketahui, Pondok Gembyang merupakan tempat penginapan dengan fasilitas air panas pertama di Ciwidey. Mereka telah berdiri sejak 1995 silam. Berawal dari rumah pribadi untuk berlibur keluarga, penginapan ini berubah wujud menjadi penginapan khas Jawa.
"Ini didirikan sekitar tahun 1995, udah lama. Pokoknya hotel (penginapan) yang pertama di Ciwidey yang ada fasilitas air panasnya, di sini," tuturnya.
Selain itu, ia pun berharap ada kebijakan relaksasi pajak yang dapat membantu pengusaha di bisnis wisata, hotel, jasa akomodasi dan restoran. Pasalnya, saat ini pendapatan mereka hanya cukup untuk pemeliharaan dan bayar pegawai.
"Kalau bisa dari pemerintah ada ngasih modal buat ke depan dengan cicilan ringan atau relaksasi perbankan lah. Kalau cicilan kan tetap harus bayar, kita pendapatan dari mana, gak dibayar, bunganya juga naik terus," harapnya.
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
Foto: Aksi Wulan Guritno Main Jetski di Danau Toba