Kisah Erwin Chandra, WNI yang Jadi Pramugara di Jerman

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Erwin Chandra, WNI yang Jadi Pramugara di Jerman

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Rabu, 11 Agu 2021 07:12 WIB
Pramugara Indonesia di Jerman.
Erwin Chandra, WNI yang berkiprah jadi pramugara di Jerman (istimewa/DW)
Jakarta -

Diaspora WNI dapat ditemukan di seluruh dunia. Tak terkecuali yang menempuh profesi pramugara di maskapai Jerman.

Adalah Erwin Chandra, seorang WNI yang kini berprofesi sebagai pramugara di Jerman. Dikutip detikTravel dari media Deutsche Welle (DW), Rabu (11/8/2021), ada jalan panjang dan kisah menarik di balik perjalanannya.

Awalnya, Erwin tidak menyangka ketika diterima untuk dapat pendidikan pramugara di Jerman. Sebelum jadi pramugara, ia sudah melakukan banyak pekerjaan lain dan selalu terbuka untuk hal-hal baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam perjalanannya, Erwin memulai dari bawah. Profesi office boy, pelayan restoran, penyiar radio hingga pemain sinetron pernah dilakoninya.

"Aku datang ke Jerman karena jodoh," begitu kata Erwin kemudian tertawa.

ADVERTISEMENT

Dulu di Bali, dia sebenarnya berkuliah di bidang desain grafik untuk berbagai media. Ketika sampai di Jerman, ia ingin melanjutkan kuliah di bidang itu, tetapi bidang desain grafis di Jerman ternyata pembagiannya berbeda dengan di Indonesia.

"Kalau desainer 'website', ya 'website' aja. Kalau desainer produk, produk aja," begitu dijelaskan Erwin.

Di Jerman, ia sebenarnya ingin melanjutkan pendidikan di bidang desain di KΓΆln International School of Design (KISD) yang berada di bawah Technische Hochschule KΓΆln, atau Sekolah Tinggi Teknik KΓΆln. Sayangnya, ia tidak diterima.

Setelah kursus bahasa Jerman dan menyelesaikan Orientierungskurs atau kursus orientasi yang harus diselesaikan orang asing di Jerman, Erwin melakukan beberapa pekerjaan seperti menjadi pelayan restoran agar tidak menganggur.

Berkat link pekerjaan dari teman

Suatu hari, seorang temannya mengirimkan sebuah link tentang lowongan pekerjaan untuk jadi pramugara. Link untuk lowongan pekerjaan yang diperoleh Erwin berjudul Casting Cabin Crew. Itulah yang akhirnya jadi pintu masuk ke pekerjaannya sekarang.

Pramugara Indonesia di Jerman.Erwin bersama rekan-rekannya (istimewa/DW)

Erwin sadar, dia bukan tipe orang yang bisa bekerja di belakang meja. Apalagi dia perokok.

Di Indonesia, di meja seorang desainer grafik biasanya ada asbak. Sedangkan di Jerman, dia harus ke luar atau ke ruangan lain untuk bisa merokok. Karena harus mondar-mandir, akhirnya ide bagus juga kerap hilang, kata Erwin.

Untuk mempersiapkan diri ikut Casting Cabin Crew, Erwin membaca berbagai artikel tentang tugas dan fungsi seorang pramugara/pramugari. Ia juga menanyakan pendapat ke teman-temannya, dan dari mereka ia mendapat sokongan sehingga lebih percaya diri.

"Coba saja. Kalau gak keterima, kamu gak rugi apa-apa. Kalau keterima, kamu beruntung," begitu nasehat teman-temannya.

Walau penuh perjuangan, akhirnya Erwin mendapat sertifikat yang bertuliskan selamat datang di perusahaan. Ia merasa tidak percaya.

"Aku sampai bengong loh. Bahasa Jermanku ancur-ancuran. Keluar dari hotel itu, aku sampai bilang, 'Tuhan, serius ini?'"

Tapi itu baru tes awal. Itu hanya menyatakan, si pemegang sertifikat akan mendapat pendidikan dari maskapai penerbangan. Pendidikan yang harus diikuti untuk benar-benar menjadi pramugara lamanya dua bulan dan sangat intensif.

Ketika itu, maskapai penerbangan tempat ia dilatih sudah mendekati masa krisis keuangan. Erwin termasuk angkatan terakhir yang mendapat pendidikan di sana. Setelahnya, Erwin dan teman-teman melamar di maskapai penerbangan lain, dan diuji lagi.

"Puji Tuhan, kami seangkatan diterima semua," ujarnya.

Selanjutnya: Perjuangan Erwin setelah jadi pramugara

Pendidikan untuk jadi pramugara mencakup antara lain: pelayanan, keamanan, pertolongan pertama saat kecelakaan. Lalu mereka juga harus tahu komponen-komponen di kokpit. Selain itu, di mana tersimpannya bahan bakar pesawat harus mereka ketahui. Semua hal itu penting.

Erwin mengambil contoh, misalnya di musim dingin akibat suhu udara yang rendah dan salju, katup-katup pada sayap pesawat tidak bisa terbuka, pramugara/pramugari yang menyadari itu harus melaporkan ke kokpit.

Supaya bisa melaporkan masalah dengan tepat, mereka harus tahu istilah-istilah teknis untuk semua bagian pesawat

Erwin bercerita, pernah pesawat tempat dia bekerja terkena hujan bongkahan es ketika sedang terbang. Kaca depan pesawat kemudian retak.

Walaupun pramugara mungkin tahu hal itu, mereka tidak bertugas memberikan informasi itu kepada penumpang. Informasi yang boleh diberikan penumpang ditentukan pilot.

Dalam keadaan darurat, misalnya pendaratan di air, mereka punya daftar setiap langkah yang harus diambil. Misalnya, kalau masih ada waktu 15/20 menit, pramugara harus memberikan demonstrasi keselamatan bagi penumpang. Mereka juga harus bisa menenangkan penumpang, dan mereka sendiri juga harus tenang.

Mereka juga belajar apa yang harus dilakukan jika penumpang mengalami masalah kesehatan. Misalnya, tekanan darah tinggi atau rendah, serangan jantung dan juga menghadapi orang yang panik. Mereka tentu juga harus tahu barang-barang berbahaya yang tidak boleh dibawa ke dalam pesawat.

"Orang kalau lihat pramugari cuma mengira, kerjanya begitu saja, cantik-cantik. Padahal saat 'briefing' kami sudah membicarakan, di antara penumpang ada berapa bayi, ada berapa anak, ada berapa orang yang perlu kursi roda," ujar Erwin.

"Demikian pula dengan penumpang yang punya kebutuhan khusus, misalnya tidak bisa melihat atau mendengar, dan sebagainya," kata Erwin.

Pelajaran dari Jerman

Ia bercerita, Jerman mengubah karakternya sepenuhnya. Dulu, sebelum ke Jerman dia kurang sabar, juga sering emosi. Di Jerman, dia jadi lebih sabar.

Pelajaran terbesar yang ia dapat adalah, dengan berada di Jerman dia jadi bisa menerima perbedaan. Baik perbedaan pendapat, suku, budaya, warna kulit, dan perbedaan lain.

Ia bercerita juga tentang anak laki-laki kecil Jerman yang datang mendekati dia di pesawat, dan bertanya dengan sopan, "Darf ich Ihre Toilette benutzen?" (Apa saya boleh memakai toilet Anda?).

Setelah itu anak yang sama datang dan bertanya, "Hallo, haben Sie kurz Zeit?" (Halo, apa Anda punya waktu sedikit). Anak itu tidak punya keperluan apa-apa, sekadar ingin mengobrol dengan Erwin.

"Ternyata anak itu punya 'soul' yang lebih dewasa daripada aku," kata Erwin sambil mengingat pengalaman itu. Dan dia menekankan, itu bukan satu-satunya pengalaman indah yang sudah dia alami sampai sekarang.

Untuk orang-orang lain yang ingin bekerja di Jerman, ia memberikan tips untuk tetap punya koneksi, tidak mudah menyerah, menerima perbedaan, jangan pilih-pilih kerjaan, tidak tersingging kalau dikritik dan tentu saja bahasa Jerman harus bisa dan dipelihara.

Halaman 2 dari 2
(rdy/fem)

Hide Ads