TRAVEL NEWS
Mumi Singa Berumur 28 Ribu Tahun Ditemukan Utuh

Mumi singa berusia 28 ribu tahun ditemukan di Siberia. Diklaim sebagai mumi utuh terbaik sepanjang sejarah.
Dikutip dari CNN, Jumat (13/8/2021), mumi singa itu merupakan singa anakan. Dan, merupakan singa gua, kerabat singa Afrika--yang saat ini masih bertahan--namun berukuran lebih besar.
Jasad singa gua itu utuh karena terpendam di dalam es. Bulu emas anak singa itu kusut dan berlumpur tetapi sama sekali tidak rusak. Gigi, kulit, jaringan lunak, dan organ semuanya utuh.
Cakarnya juga masih cukup tajam untuk menusuk jari salah satu ilmuwan yang mempelajari spesimen itu. Anak singa itu dinamai Sparta.
Penemuan Sparta sangat penting sebab singa gua sudah punah. Dulu, singa gua memiliki habitat di belahan bumi utara.
Sparta merupakan salah satu dari dua singa gua yang ditemukan di tepi sungai Semyuelyakh di Rusia oleh pemburu gading mamut pada 2017 dan 2018. Anak singa gua lain dinamai Boris.
Baca juga: Bikin Panik! Singa Masuk Kota Pas Jam Sibuk |
Awalnya, diperkirakan dua anak singa itu merupakan saudara kandung, karena ditemukan hanya terpisah 15 meter. Tetapi, studi terbaru menunjukkan mereka berbeda usia sekitar 15.000 tahun.
Dari penanggalan karbon radio, Boris berusia 43.448 tahun.
![]() |
"Sparta mungkin adalah hewan Zaman Es terawetkan terbaik yang pernah ditemukan dan tidak rusak, cuma bulunya sedikit mengacak-acak. Dia bahkan memiliki kumis yang diawetkan. Boris sedikit lebih rusak, tapi masih cukup bagus," kata Love Dalen, seorang profesor genetika evolusioner di Center for Palaeogenetics di Stockholm, Swedia, dan penulis studi baru tentang anak-anak singa itu.
Dalen belum dapat memastikan penyebab kematian dua anakan singa gua itu. Hanya saja, dipastikan tidak ada tanda-tanda mereka dibunuh oleh predator.
Pemindaian tomografi terkomputasi menunjukkan adanya kerusakan tengkorak, dislokasi tulang rusuk, dan distorsi lain pada kerangka mereka.
"Mengingat pelestariannya, mereka pasti terkubur dengan sangat cepat. Jadi, mungkin mereka mati karena tanah longsor atau jatuh ke celah di lapisan es," kata Dalen.
"Permafrost membentuk retakan besar karena pencairan dan pembekuan musiman," dia menambahkan.
Selama Zaman Es terakhir, Siberia bukanlah tempat kosong seperti sekarang ini. Mammoth, serigala tundra, beruang, badak berbulu, bison dan antelop saiga berkeliaran, bersama dengan singa gua.
Tidak diketahui bagaimana singa gua beradaptasi dengan kehidupan di dataran tinggi yang keras, dengan perubahan musim yang cepat, angin kencang, dan musim dingin yang dingin dan gelap.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Quaternary itu menyebut bahwa bulu singa gua mirip tetapi tidak identik dengan anak singa Afrika. Anak-anak singa gua--yang hidup di Zaman Es--memiliki lapisan bawah bulu tebal yang panjang. Itu dispekulasikan membantu singa gua beradaptasi dengan iklim dingin.
Simak Video "Duh! Populasi Satwa Liar di Dunia Turun 69%"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/ddn)