Uighur di Afghanistan yang Kini Hidup Seperti Orang Mati karena Taliban

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Uighur di Afghanistan yang Kini Hidup Seperti Orang Mati karena Taliban

bonauli - detikTravel
Selasa, 31 Agu 2021 10:01 WIB
Ratusan ulama Uighur China diciduk dalam operasi di Xinjiang, jadi imam salat Jumat, didakwa ekstremisme
Foto: BBC World
Mazar-i-Sharif, Afghanistan -

China menunjukkan kedekatan dengan Taliban. Komunitas Uighur di Afghanistan sendiri dibuat harap-harap cemas. Mazar-i-Sharif adalah sebuah kota yang menjadi pusat komunitas kecil Uighur di Afghanistan. Pekan ini pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban membuat sejumlah orang Uighur berkumpul di satu rumah.

Orang-orang tersebut adalah sesepuh dari komunitas Uighur di kota kawasan utara Afghanistan itu. Suasana di dalam rumah itu mencekam. Hanya satu topik yang mereka bicarakan, yaitu cara melarikan diri.

"Kami tidak memiliki siapa pun yang dapat membantu kami saat ini. Kami ketakutan. Semuanya ketakutan," kata seorang dari mereka kepada BBC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti jutaan warga Afghanistan lainnya, komunitas Uighur di negara itu sadar akan menghadapi kenyataan berbeda di bawah Taliban. Mereka mencemaskan situasi yang lebih buruk di bawah Taliban.

Namun mereka juga mengkhawatirkan hal lainnya, yaitu pengaruh China yang lebih besar terhadap mereka.

ADVERTISEMENT

Ada sekitar 12 juta orang Uighur di China. Mayoritas dari mereka tinggal di Provinsi Xinjiang. Sejak tahun 2017, mereka dan minoritas Muslim lainnya menjadi target kebijakan seperti penahanan massal, pengawasan, kerja paksa, dan menurut beberapa laporan, sterilisasi, penyiksaan dan pemerkosaan.

Pemerintah China secara rutin menyangkal semua pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. Mereka menyebut berbagai kamp yang mereka dirikan merupakan pusat pelatihan untuk memerangi ekstremisme.

Komunitas Uighur di Afghanistan diperkirakan sekitar 2.000 orang. Kebanyakan dari mereka adalah generasi kedua imigran yang meninggalkan China beberapa dekade lalu. Kebijakan keras pemerintah China diyakini belum dimulai pada periode itu.

Namun kartu identitas yang mereka miliki di Afghanistan masih tertera tulisan "Uighur" atau "pengungsi China". Mereka cemas pemerintah China akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan Amerika Serikat dan menjadi sasaran.

"Itu adalah ketakutan terbesar bagi Uighur di Afghanistan sekarang," kata seorang laki-laki Uighur berusia lima puluhan tahun di Kabul.

Dia berkata, keluarganya tidak meninggalkan rumah sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Mereka khawatir jika Taliban akan membantu China mengendalikan gerakan Uighur.

"Kami seperti orang mati yang hidup sekarang," kata laki-laki Uighur lainnya di Kabul.

Simak artikel selanjutnya:

Ketakutan terhadap China bukan tidak berdasar. China dalam beberapa tahun terakhir memperluas tindakan kerasnya terhadap Uighur di luar luar negeri.

China menggunakan strategi agresif untuk membungkam atau dalam beberapa kasus menahan dan mengembalikan mereka ke Xinjiang.

Data yang diterbitkan pada bulan Juni lalu dalam Proyek Hak Asasi Manusia Uighur menunjukkan, setidaknya 395 orang beretnis itu dideportasi, diekstradisi atau diadili sejak 1997.

China mungkin mempertimbangkan strategi serupa dengan Taliban. Namun kerja sama itu tidak mungkin terjadi dalam beberapa hal karena Taliban memiliki hubungan bersejarah dengan gerilyawan Uighur.

Juli lalu China mengundang delegasi senior Taliban ke Tianjin. Kala itu Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyatakan harapan agar Taliban memainkan peran penting dalam proses perdamaian, rekonsiliasi dan rekonstruksi negara itu.

Sebaliknya, Taliban berjanji tidak akan mengizinkan siapa pun menggunakan tanah Afghanistan untuk melawan China. Berita ini tentu makin membuat komunitas Uighur semakin panik.

"Tapi kami lebih takut kepada China karena kami tidak bisa membayangkan situasinya," kata seorang Uighur di Mazar-i-Sharif.



Simak Video "Video: Momen Bulan Purnama Mencapai Titik Terendah di Langit China"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads