Modal Tabah, Kemampuan Mountaineering, dan Survival
Dengan tidak memiliki pengalaman di race balapan sepeda gravel yang ekstrem, Hendra menyebut dirinya paling lemah ketimbang peserta lain. Bahkan, dibandingkan para peserta perempuan.
"Saya mengakui saya yang paling lemah di antara peserta dalam balap sepeda ini. Sudah begitu saya pakai flat pedal, bukan cleat. Ini memperlambat. Selain itu, peserta lain jago-jago banget di tanjakan, bahkan peserta perempuan," kata Hendra.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi, pengalaman panjang Hendra di lari ultra trail menjadi bekal tersendiri. Dia mampu mengatasi minimnya makanan, jam tidur, dan kesendirian untuk sampai di garis finis sebelum waktu habis.
"Pergerakan saya memang lambat, namun dengan kemampuan survival dan endurance saya bisa mengimbangi peserta lain. Mereka rata-rata butuh waktu tidur yang banyak sedangkan saya cukup tiga sampai empat jam," Hendra mengisahkan.
Makanya, Hendra tidak pernah mematok target waktu harian. Dia memilih untuk menentukan titik camp untuk menutup balapan per hari.
"Selain itu, saya memiliki kemampuan mountaineering. Di GPS memang ada penunjuk trek, tetapi belum tentu jalurnya bisa dilalui. jaid, kami harus mencari sendiri rute yang memungkinkan untuk dilalui sepeda dan itu bukan rute yang dekat dengan yang ada di trek GPS," kata dia.
Soal kemampuan bertahan hidup di alam terbuka, Hendra juga sudah cukup terlatih. Dia biasa menahan lapar namun tetap harus berlari jarak jauh.
Tetapi bukan berarti soal perut ini Hendra enggak pernah mengalami masalah. Karena salah perhitungan, dia sempat tidak memilik bekal makanan selama gowes 250 km. Bekalnya habis sebelum bertemu dengan tenda-tenda penggembala.
"Walaupun belum berpengalaman bersepeda, kalau soal survival sudah lumayan nglotok. Di sini enggak ada resupplay atau tempat yang jual makanan jaraknya jauh dan jangan anggap restoran, warteg, kebanyakan adanya roti di warung. Itu pun jaraknya bisa ratusan km," ujar Hendra.
"Untuk persediaan air minum tidak masalah, air banyak. Bahkan, setelah botol minum saya hilang di tengah race karena jatuh dan saya masih bisa mendapatkan air minum dengan mudah," Hendra menambahkan.
Di race itu, akhirnya Hendra finis tepat di hari ke-14. Dia mencapai Balykchy di urutan ke-36. Hendra termasuk 46 peserta yang bsia mencapai finis dari 94 yang mengikuti start di Talas.
Race itu dimenangi oleh Sofiane Sehili yang menyelesaikan balapan dalam tempo delapan hari, 14 jam, dan 35 menit di kategori umum. Adapun pemenang putri adalah Jenny Tough yang merampungkan race dalam waktu 11 hari, 14 jam, dan 6 menit.
Hendra berharap ada goweser Indonesia lain yang menjajal Silk Road Mountain Race itu. Ayo, siapa berani mengikuti jejak Hendra Wijaya?
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol