Tentang Zero Mistake di Stasiun Bogor, Ini Kuncinya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tentang Zero Mistake di Stasiun Bogor, Ini Kuncinya

Putu Intan - detikTravel
Senin, 20 Sep 2021 19:12 WIB
Kepala Stasiun Bogor Tri Waluyo
Kepala Stasiun Bogor Tri Waluyo. (Andhika Prasetia/detikcom)
Bogor -

Stasiun Bogor menjadi titik awal perjalanan KRL yang sehari-hari mengangkut ribuan orang menuju ibu kota. Ini cerita Kepala Stasiun Bogor mengelola stasiun tersebut.

Baru empat bulan menjabat sebagai Kepala Stasiun Bogor, Tri Waluyo, mendapatkan tanggung jawab besar untuk mengelola salah stasiun terbesar di Jabodetabek tersebut. Tak cuma tentang fakta bahwa Stasiun Bogor menjadi titik dimulainya perjalanan tetapi juga soal pandemi COVID-19 yang menuntut pengaturan ekstra di sana.

Kepada detikcom, Waluyo bercerita mengenai kesibukannya sehari-hari yang dimulai dengan mengatur mobilitas penumpang sesuai protokol kesehatan sampai memastikan fasilitas stasiun dalam kondisi baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baginya, mengatur Stasiun Bogor memiliki keistimewaan sendiri. Stasiun ini punya karakter yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan Stasiun Semarang yang sebelumnya ia pimpin.

"Perbedaan yang pertama soal cuaca ya. Di Semarang dekat dengan laut jadi lebih panas. Lalu untuk frekuensi kereta api, lebih banyak di Bogor karena kami melayani kereta api commuter sedangkan di Semarang melayani KA jarak jauh lokal dan aglomerasi," tuturnya.

ADVERTISEMENT
Kepala Stasiun Bogor Tri WaluyoKepala Stasiun Bogor Tri Waluyo. Foto: Andhika Prasetia/detikcom

Tantangan terbesar yang harus ia tuntaskan setiap harinya di Stasiun Bogor adalah mengatur penumpang. Yang artinya, dia harus bisa menjaga kenyamanan dan keamanan 12.000 orang yang naik kereta dari Bogor setiap harinya.

"KRL terlebih di pandemi pada saat PPKM ada pembatasan kuota penumpang dengan penumpang hanya boleh untuk satu kereta itu 52 orang sedangkan penumpang di Bogor cukup banyak. Setiap pagi kami melakukan penyekatan agar penumpang KRL tetap tertib dan menjaga protokol kesehatan. Jadi kita harus fight (berjuang) mengatur agar tertib," kata dia.

Waluyo punya trik untuk memecah kerumunan di Stasiun Bogor. Ia membagi antrean penumpang menggunakan sejumlah markah. Setiap 50 orang diizinkan untuk masuk kereta, sedangkan yang lain harus menunggu.

Kebijakan ini tentunya tak semudah itu diterapkan. Waluyo mengatakan di awal pemberlakuan, sejumlah penumpang ada saja yang tak sabaran.

"Tapi alhamdullilah pengaturan bisa kita atasi. Penumpang Bogor sudah paham dengan protokol kesehatan," ujarnya.

Kepala Stasiun Bogor Tri WaluyoKepala Stasiun Bogor Tri Waluyo. Foto: Andhika Prasetia/detikcom

Selain soal penumpang, Waluyo yang sudah 21 tahun bekerja di PT Kereta Api Indonesia itu juga harus memimpin 173 pegawai di Stasiun Bogor. Ini juga menjadi tantangan karena ia baru ditempatkan di sana dan harus segera beradaptasi agar pelayanan lancar.

"Kami mengelola 173 SDM. Kita memastikan semua petugas tahu tupoksi dan melaksanakan tupoksinya mulai dari, perjalanan, kebersihan,dan keamanan. Kami sering memberikan briefing dan mengecek langsung pekerjaan mereka," ujarnya.

Selanjutnya: memastikan perjalanan kereta aman dan tak boleh ada kesalahan

Sembari berjalan-jalan mengelilingi Stasiun Bogor, Waluyo menunjukkan tugas lain yang harus ia lakukan yakni memeriksa kondisi rel kereta sampai alat memindahkan kereta yang bernama wesel.

"Titik-titik yang berpotensi berbahaya pada keselamatan kereta api selalu saya periksa setiap hari. Barangkali ada baut yang kendor, ada bantalan yang lapuk, dan sebagainya," kata dia.

Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk menjamin keselamatan penumpang. Apalagi mengingat Stasiun Bogor sebagai hulu dan muara perjalanan, jangan sampai ada kesalahan fatal yang diperbuat.

"Kita periksa setiap hari untuk antisipasi kecelakaan lebih dini. Ketika ada yang tidak normal segera dilaporkan, segera ada perbaikan," dia menambahkan.

Stasiun BogorStasiun Bogor. Foto: Andhika Prasetia/detikcom

Tetapi, kadang kala perjalanan KRL terhambat tidak bisa dielakkan. Waluyo menjelaskan hal tersebut dapat terjadi karena banyak faktor. Bisa jadi karena rel yang perlu diperbaiki, sampai keadaan berbahaya sehingga kereta harus mengurangi kecepatan.

"Tapi untuk perawatan kereta kami pastikan itu terukur dan terjadwal," ujarnya.

Waluyo berharap, di masa depan Stasiun Bogor dapat menjadi stasiun yang lebih baik lagi. Terutama soal adaptasi terhadap kebutuhan masyarakat.

"Semoga ke depannya Stasiun Bogor tetap bisa memberikan pelayanan terbaik untuk penumpang dan adaptif terhadap perubahan," kata dia.


Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Hikayat Stasiun KA Jabodetabek
Hikayat Stasiun KA Jabodetabek
30 Konten
Stasiun-stasiun kereta api di ibu kota Jakarta dan kota-kota satelitnya memiliki sejarah panjang. Ada yang mirip dengan yang di Amsterdam, menjadi start pekerja menjemput rejeki, punya kisah horor di masa lalu, juga terkait sosok spesial.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads