Selimut hidup menjadi bagian dari pariwisata 'gelap' Cianjur. Selain itu ada jalan jurang yang mencuri perharian di Sumedang.
Selimut hidup yang biasa beroperasi di vila-vila dataran tinggi Cipanas, Cianjur juga memiliki aturan saat berkencan. Ada dua hal yang menjadi larangan utama ketika bertransaksi.
Traveler nakal yang memesan mereka dilarang untuk melakukan kekerasan verbal maupun non verbal. Kedua, tamu juga dilarang melakukan aksi dokumentasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada, pasti. Pertama, jangan pakai kekerasan," kata seorang pelaku selimut hidup, Mila, saat ditemui detikTravel beberapa waktu lalu.
"Kedua, kan sering misalnya tamu minta foto atau video, nggak kita nggak bolehin," imbuh dia.
"Nggak pakai pengaman juga nggak apa. Kalau cowoknya mau nggak pakai ya nggak apa. Aku sudah steril," terang dia menambahkan.
Lalu, bagaimana alur memesan jasa selimut hidup dari Mila?
"Habis karaoke, habis minum-minum, kadang tamunya yang mau suka ngajakin, kamu bisa nggak?," terang dia.
"Terus kita belum jawab bisa dong, pasti jawab dulu kamu punya budget berapa? Misal 500, ohhh aku nggak kayak gitu. Sejuta aku tetap nggak mau ya pasti nggak jadi," imbuh dia.
"Tapi kalau yang aku butuh-butuh banget aku yang nawarin," kata dia lagi.
Selama ini kebanyakan tawaran jadi selimut hidup datang dari para tamu Mila. Mereka yang mengajak dan yang membayar vila juga. "Kalau sudah langganan nggak mesti karaoke dulu. Udah tahu nomor, udah deketlah, sering ke karaoke kita sering temenin," kata Mila.
Sementara itu, dasar jurang Jalan Cadas Pangerang di Sumedang juga jadi sorotan. Jalan yang mepet jurang ini terbagi dua, ada yang dibangun oleh Daendels dan Bupati Sumedang Pangeran Aria Soeria Atmadja.
Selengkapnya, berikut 10 berita populer di detikTravel:
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol