Stasiun Jatinegara tidak hanya sekedar penghubung warga Jakarta dengan Bekasi saja. Namun ada sejarah di balik nama serta lokasinya yang sekarang.
detikcom pun berbincang dengan Manager Preservation and Documentation Kereta Api Indonesia, Hardika Hadi Rismaji. Stasiun Jatinegara sekarang adalah lokasi kedua juga. Stasiun dulunya berada 600 meter ke arah Pasar Senen.
Perusahaan kereta api swasta Bataviaasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOSM) meresmikan Stasiun Meester Cornelis bersamaan pembukaan jaringan kereta api Batavia (Jakarta)-Meester Cornelis (Jatinegara)-Bekasi pada tanggal 31 Maret 1887. Karena menghadapi masalah keuangan, pada tahun 1889 jaringan kereta Batavia-Bekasi dibeli oleh perusahaan kereta api negara Staatssporwegen (SS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jatinegara dulunya juga punya dari BOSM dan kemudian diambil alih oleh SS. Bangunan yang asli itu berada 600 m ke arah Pasar Senen yang dimana posisinya sekarang itu berada di daerah Dipo. Sekitar tahun 1909 bangunannya pun dipindahkan ke lokasi yang sekarang," ungkap Hardika.
![]() |
Pada tahun 1909, SS membangun sebuah stasiun baru yang letaknya sekitar 600 meter arah ke timur Stasiun Meester Cornelis eks BOSM. Pembangunan stasiun baru tersebut diberitakan surat kabar Het Niews van den Dag voor Nederlandsch Indie edisi 11 Oktober 1909.
Kepala Eksploitasi Westerlijnen (lintas barat) SS waktu itu mengumumkan bahwa Stasiun Meester Cornelis baru dibuka sementara khusus untuk penumpang, koper, dan pengiriman barang pada 15 Oktober 1909.
Sementara itu, stasiun lama akan tetap digunakan untuk lalu lintas barang. Arsitek dari Stasiun Meester Cornelis yang baru diduga yaitu Snuyff, seorang kepala sementara di biro arsitek Burgelijk Openbare Werken (Dinas Pekerjaan Umum).
"Jadi yang membedakan Stasiun Jatinegara dengan stasiun lain, kalau Jatinegara itu tidak ada komoditas dia hanya mengangkut barang dan penumpang, barang yang di sini itu adalah koper ya bukan barang komoditas," lanjut Hardika.
![]() |
Selanjutnya Perkembangan pembangunan
Pembangunan stasiun baru ini sebagai tempat singgah kereta ekspres ke Bandung. Diharapkan para penumpang dari Weltevreden lebih memilih naik kereta dari stasiun ini dibandingkan dari Stasiun Kemayoran. Namun setelah pengambilaihan jalur Jakarta-Bogor milik Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschapij (NISM) tahun 1913, rencana ini ditinggalkan.
Bangunan sayap kanan-kiri stasiun ditambah pada tahun 1920-an, dengan menambah kanopi peron. Adapun besi ukiran sebagai penghubung antara tiang dengan atap berupa besi cor yang diimpor dari Belanda. Tahun 1924 konstruksi penutup samping kanopi dimodifikasi, yakni atap dinaikkan untuk kepentingan elektrifikasi jalur Tanjung Priok-Meester cornelis. Pada Januari 1925, proyek elektrifikasi kereta api Meester Cornelis-Tanjung Priok sepanjang 67,7 kilometer berhasil dirampungkan.
Asal nama stasiun Jatinegara
Dulu nama Stasiun Jatinegara yaitu Meester Cornelis. Daerah Meester Cornelis awalnya merupakan tanah milik seorang pemuka agama Kristen Bernama Cornelis van Senen. Setelah meninggal dunia pada 1661, para pengikutnya mengabadikan nama Meester (majikan) Cornelis sebagai nama wilayah bekas properti tanah milik mendiang.
![]() |
Ketika pendudukan Jepang, penamaan wilayah Meester Cornelis diganti menjadi Jatinegara. Ada beberapa pendapat terkait nama Jatinegara. Pertama, karena di daerah tersebut terdapat banyak hutan jati.
Kedua, Jatinegara mengacu kepada 'negara sejati' yang dipopulerkan oleh Pangeran Jayakarta. Perubahan nama tersebut pun berdampak terhadap perubahan nama stasiun, yakni Stasiun Jatinegara.
Sekarang, Stasiun Jatinegara telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang terdaftar di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dengan nomor registrasi RNCB.19990112.02.000503 berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.13/PW.007/MKP/05 dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 011/M/1999.
Jika kamu perhatikan lagi, Stasiun Jatinegara sudah terlihat bagus dan lebih tertata dan bernuansa modern. Namun suasana heritagenya tetap terasa di beberapa bagian stasiun. Untuk bekas bangunan stasiun dulu, sekarang digunakan sebagai UPT Resor 1.9 Listrik Aliran Atas Jatinegara.
Simak Video "Video: Ada HUT ke-79 Bhayangkara, Tarif TJ, MRT, LRT Jakarta Rp 1 Hari Ini"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/ddn)

Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!