Penuturan Penari Ronggeng Goyang Karawang Terakhir: Kerap Disawer di Bokong

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penuturan Penari Ronggeng Goyang Karawang Terakhir: Kerap Disawer di Bokong

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Jumat, 24 Sep 2021 10:15 WIB
Kelompok sanggar seni asal Karawang.
Mak Itoh atau Haji Masitoh, penari Ronggeng terakhir (Randy/detikTravel)
Karawang -

Nama goyang Karawang di tahun 1970-an begitu lekat dengan kesan erotis. Berikut penuturan dari penari ronggeng terakhir yang jadi saksi hidup.

Berasal dari kawasan pesisir, goyang Karawang kerap disebut sebagai kesenian atau tari yang begitu erotis dan sensual di masanya. Mundur ke tahun 70-80an, goyangan dari penarinya yang disebut penari ronggeng disebut begitu panas dan menggetarkan sukma kaum adam.

Hal itu begitu membekas di benak ketua komunitas Karawang Heritage, Asep Ruhyani Sundapura. Diceritakan olehnya pada detikTravel, ia mengaku melihat gerak original dari goyang Karawang itu kala masih duduk di bangku sekolah dasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pertama kali melihat goyang Karawang yang asli itu saat kelas 6 SD. Benar-benar luar biasa," ujar Asep.

Satu hal yang membuat ingatan itu begitu membekas, adalah goyangan dari penampilnya yang tak lain adalah penari ronggeng. Berbeda dengan penari jaipong dewasa ini yang kerap disebut sebagai penampil goyang Karawang.

ADVERTISEMENT

Untuk mencari tahu lebih jauh soal itu, tim detikTravel ditemani Asep bertandang ke rumah penari ronggeng terakhir yang menjadi saksi hidup sejarah panjang itu.

Mak Itoh, penari ronggeng terakhir.Mak Itoh, penari ronggeng terakhir dan Ketua Karawang Heritage (Randy/detikTravel)

Adalah Itoh Masyitoh atau yang akrab disebut Mak Itoh, mantan penari ronggeng yang pernah beken pada tahun 1970-an. Bersama kelompoknya yang bernama Sekar Muda, Mak Itoh ikut meramaikan goyang Karawang dahulu yang masih begitu erotis dan apa adanya.

Di usia senjanya, tak lekang ingatan Mak Itoh akan masa mudanya dulu yang begitu enerjik. Masa itu, ia kerap dipanggil tampil di Karawang hingga luar daerah seperti Bandung dan lainnya.

"Nah itu mungkin karena goyangannya bagus atau gimana nggak tahu. Kan dulu artis nggak ada goyangnya, cuma saya saja (goyang Karawang). Ke Cikarang, sampai ke Kuningan, sampai ke Cirebon, sampai ke Bandung," tutur Mak Itoh dalam bahasa Sunda halus di kediamannya.

Kelompok sanggar seni asal Karawang.Kelompok sanggar seni Karawang, Sekar Muda (Randy/detikTravel)

Mak Itoh pun menuturkan, bahwa asal muasal goyang Karawang berasal dari seni topeng banjet (topeng dalam bahasa Sunda). Dimana ditampilkan oleh para penari ronggeng.

"Istilah banjet yaitu topeng itu banjet itu dari dulu seni topeng banjet gitu. Banjet itu topeng. Topeng kalau dalam bahasa sundanya, kalau bahasa melayu banjet itu topeng," ujarnya.

Bicara goyangan dari seni topeng banjet yang disebut begitu erotis, kini telah ditinggalkan oleh Mak Itoh setelah naik Haji. Bisa dibilang, kalau Mak Itoh adalah sang penari ronggeng terakhir yang juga adalah praktisi sejati goyang Karawang.

"Penari ronggeng atau topeng dulu sudah nggak ada, sudah pada meninggal tinggal saya sendiri. Saya ternyata panjang umur, masih ada. Iya (terakhir) gak ada lagi, cuma saya seorang," sebutnya.

Selanjutnya: Penari Goyang Karawang Kerap disawer di bokong

Mundur ke tahun 70-80an, adalah masa jaya para penari ronggeng dengan goyang Karawangnya. Selain kerap dipanggil untuk mengisi acara, para praktisi goyang Karawang juga kerap disawer dan mendapat banyak uang.

"Kalau lagi goyang suka ada yang nepuk (nyawer) itu ke bokong sama penonton, sebelah kanan kiri. Saya sudah pada sakit ini ditepuk terus bokongnya," cerita Mak Itoh.

Berbeda dengan aktivitas nyawer pada umumnya yang dilakukan dengan menebar uang ke arah penarik, para penari ronggeng kerap disawer di area bokong yang jadi 'atraksi' utama mereka.

Namun, kegiatan menyawer di bokong itu tak jadi satu-satunya cara bagi penonton untuk menunjukkan minatnya. Malah, ada juga yang menyawer dengan cara menggigit uang di mulutnya.

"Saya suka terima banyak pemuda yang menodongkan uang lewat mulut, tapi nggak saya tanggapi. Nggak mau, meskipun lagi perlu nyari uang nggak mau kayak gitu," ujar Mak Itoh tegas.

Walau kerap dihadapkan pada iklim goyang Karawang yang negatif saat itu, Mak Itoh tetap memegang teguh prinsipnya sebagai wanita. Ia tak membiarkan sembarang orang melecehkannya lebih jauh.

Kelompok sanggar seni asal Karawang.Generasi muda penerus Mak Itoh (Randy/detikTravel)

Ketika ditanya masa kini, Mak Itoh memilih untuk menutup lembaran masa lalu di dirinya saja. Walau ia memiliki sanggar yang populer dengan nama H. Baskom (nama almarhum suami) atau Akom, ia tak mewariskan gerakan goyang Karawang pada murid dan anak yang jadi penerusnya.

"Sebelum berangkat ke tanah suci juga saya sudah berhenti, istirahat. Saya sempat berpikir sepertinya seni ini nggak akan lanjut, cuma saya bisa lanjut kayak gini kan amanah dari almarhum mbah Akom," ujarnya.

Kisah sejati goyang Karawang mungkin memang hanya berhenti sampai di Mak Itoh saja, tapi tidak dengan regenerasi topeng banjet dan tari Jaipong yang kian populer di kalangan muda-mudi Karawang kini. Jauh dari stigma erotis yang melekat pada para pendahulunya.

Tonton Video 20Detik: 'Mengenal Sejarah Goyang Karawang yang Lekat Dinilai Erotisme'

[Gambas:Video 20detik]




Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Geol Goyang Karawang
Geol Goyang Karawang
13 Konten
Lahir di kawasan pesisir utara, nama goyang Karawang begitu populer di tahun 1980-an. Kerap dipandang dengan stigma negatif, padahal itu adalah seni budaya.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads