Isu Jakarta tenggelam mengemuka belakangan ini. Nasib serupa juga mengancam pesisir paling utara Kabupaten Bekasi.
Bermula dari omongan Presiden AS Joe Biden , prediksi Jakarta tenggelam 10 tahun mendatang membetot perhatian banyak pihak. Sebabnya, tanda-tanda ibu kota RI tenggelam semakin nyata.
Di Jakarta, sejumlah kawasan seperti Muara Baru hingga Kali Adem juga kerap jadi sorotan. Permukaan tanah di dua kawasan itu nyata betul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rupanya, ancaman tenggelam juga menghantui kawasan pesisir Bekasi di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Jarak pesisir Bekasi dengan Utara Jakarta cukup dekat.
Apabila menggunakan perahu, traveler bisa menjangkau Tanjung Priok dari Muara Gembong hanya dalam tempo satu jam.
Untuk mencari lebih tahu soal itu, tim detikTravel pun menyusuri Desa Pantai Bahagia di Muara Gembong yang ditengarai menghadapi isu abrasi dan kerap terendam air. Hal itu juga ikut diaminkan oleh warga setempat yang kami temui.
"Yang kita rasain enggak nyaman, enggak enak tahun 2000-an ke mari. Dulu enggak pernah air laut sampai ke darat, ke rumah kita," kata salah satu sesepuh dan warga setempat Desa Pantai Bahagia, Ali.
Ali bercerita kalau bapak dan ibunya berasal dari kawasan Jakarta Utara dan berpindah ke Muara Gembong. Adapun Ali memang besar dan lahir di kawasan tersebut, hingga menjadi saksi hidup dari kawasan pesisir Bekasi tersebut.
Baca juga: Muara Gembong, Semenanjung Bekasi yang Indah |
Ia menyebut kalau banjir yang kerap diakibatkan oleh ROB itu kian parah akibat abrasi. Hal itu diperburuk dengan hilangnya kawasan mangrove akibat ulah manusia.
"Apa sebabnya? Abrasi. Terutama tadi kan hutan lindung karena banyak orang perantau bikin empang. Kalau orang bikin empang kan pasti dibabat hutannya," ujar Ali dari sudut pandangnya.
Selanjutnya: Fakta di lapangan
Simak video 'Kawasan Muara Baru Jakut Diprediksi Tenggelam pada 2050':
Ditelusuri detikTravel, kondisi di Muara Gembong memang kian parah menuju arah Pantai Desa Bahagia. Selain infrastruktur yang buruk, mayoritas jalan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Semakin ke ujung, jalanan juga kian menyempit jadi seukuran 1 mobil saja. Aliran Sungai Citarum yang sedianya besar pun kian menyempit sesuai ukuran sodetan yang mengarah ke kawasan muara.
Seiring dengan kondisi jalan dan sodetan aliran Sungai Citarum yang kian menyempit, tampak juga panorama berupa rumah-rumah yang perlahan mulai tenggelam. Selain air yang tampak masuk ke rumah, tanah yang lembap juga jadi penanda akan ancaman air laut.
Bahkan di sisi kiri, tampak deretan rumah yang tampak lebih rendah dari sodetan aliran Sungai Citarum. Di belakangnya tampak panorama empang, hutan mangrove serta laut di kejauhan.
"Kalau dulu kan kita banjir dari Jatiluhur, kalau ini luber [aliran Sungai Citarum] baru kita banjir. Nah, kalau ini sejak di normalisasi pemerintah enggak pernah banjir, malah air datang dari laut," ujar Ali.
Paling parah, air rob dari laut bisa menggenangi rumah Ali hingga selutut. Itu terbilang cukup parah, dari yang umumnya hanya setelapak kaki.
Baca juga: 4 Daerah di Jabar Buka Wisata, Mana Saja? |
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!